Cerita Mistis dan Mitos
Gunung Ciremai - Gunung Ciremai merupakan salah satu gunung
berapi kerucut yang secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten,
yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi
geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT,
dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini merupakan gunung
tertinggi di Jawa Barat.
Gunung
ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah
timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng
selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Sekitar
tahun 1521-1530, Sunan Gunung Jati diyakini bertapa di puncak Ciremai. Ketika
itu, bangsa Portugis begitu kuat menekan para ulama, pejuang, dan rakyat kecil.
Menjelang peperangan, Sunan Gunung Jati naik ke puncak Ciremai bertapa,
menyendiri dan bermunajad kepada Tuhan. Tempat tapa dan pertemuan para wali itu
bernama Batulingga dan diyakini oleh masyarakat Cirebon sebagai tempat ngalap
berkah memberi manfaat dan membantu orang-orang yang dalam kesulitan.
Nyi Linggi dan Macan Tutul
Satu
misteri yang selalu menjadi perbincangan masyarakat sekitar Gunung Ciremai
adalah misteri Nyi Linggi dan dua macan kumbang. Menurut Maman, salah satu juru
kunci Ciremai, setelah Sunan Gunung Jati tidak bertapa di Batulingga, maka Nyi
Linggi datang ke tempat tersebut menggantikan Sunan Gunung Jati.
Namun
kedatangan Nyi Linggi ke Batulingga tidak sendirian, ia ditemani oleh dua
binatang kesayangannya yaitu macan tutul. Kedatangan Nyi Linggi ke Batulingga
ingin mendapatkan ilmu kedigdayaan. Tapi sayangnya Nyi Linggi gagal memperoleh
ilmu yang diinginkan. Nyi Linggi meninggal dunia di Batulingga sementara dua
temannya yaitu macan tutul hilang entah ke mana. Kabarnya masyarakat setempat
menemukan mayat Nyi Linggi. Kejadian aneh sering terjadi di sekitar Batulingga,
yaitu sosok Nyi Linggi dan dua macan tutul sering menampakkan diri.
Cikal Bakal Nenek Moyang
Selain
sebagai tempat bertapanya Sunan Gunung Jati, ternyata Gunung Ciremai sejak
ribuan tahun silam telah dihuni oleh manusia purba. Masyarakat Kuningan dan
sekitarnya terutama mereka yang hidup di kawasan kaki Gunung Ciremai merasa
bangga. Mereka yakin bahwa asal-usul orang-orang Jawa Barat datangnya dari
Gunung Ciremai. Keyakinan tentang hal ini diperkuat oleh ditemukannya beberapa
benda bebatuan yang diyakini zaman Batu Besar. Umurnya sekitar 3.000 tahun
Sebelum Masehi.
Pada
tahun 1972 ditemukan batu besar berbentuk peti mati. Penemuan itu mengandung
makna bahwa di kaki Gunung Ciremai telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun
Sebelum Masehi. Dipercaya pula bahwa arwah nenek moyang berkumpul dan sering
menampakkan diri. Para ahli peneliti sepakat bila wilayah Kuningan Gunung
Ciremai merupakan tempat bermukim manusia tua usia. Mereka memuja arwah nenek
moyang untuk meminta berkah kesuburan tanah, kemakmuran, dan kesejahteraan.
Injak Bumi Hindari Hantu
Maman
(juru kunci Ciremai yang mengantar posmo ke puncak Ciremai) selalu menghentikan
langkahnya dan mengucapkan Assalamualikum ketika memasuki pos. Menurut Maman,
jika ingin selamat dan tidak diganggu oleh dedemit nakal injak bumi sebanyak tiga
kali lalu ucapkan salam. Ini bermakna bahwa penghuni pos atau dedemit penguasa
tidak merasa tersinggung oleh datangnya manusia. ‘’Di sini (Ciremai) banyak
manusia jadi korban. Tidak hanya manusia yang mati, tapi juga kuda. Mereka
tidak kuat melaksanakan tugas yang dibebankan penjajah Belanda, hingga menemui
ajalnya,’’ kata Maman.
Misteri Jalak Hitam
Ketika
perjalanan sudah mencapai Pengalap atau pos VI, berarti pendakian telah
mencapai separuh. Dan harus berhati-hati jika sudah memasuki Pengalap atau pos
VI. Pengalap berarti jemputan. Di pos Pengalap setiap pendaki akan didatangi
dua binatang yang sampai sekarang masih misteri keberandaannya, yaitu Jalak
Hitam dan Tawon Hitam.
Maman
yang mengaku naik ke puncak 3 kali setiap bulan, sampai sekarang mengaku belum
tahu mengapa Jalak Hitam selalu mengiringi pendaki dari Pengalap ke Seruni.
Dan, juga Tawon Hitam yang selalu datang mengganggu. Pengasinan berarti asin.
Khusus bagi masyarakat Linggarjati bermakna bahwa siapa saja yang ingin
mencapai puncaknya dengan cepat dan selamat sampai di rumah diharuskan membawa
ikan asin.
Enam Belas Jam Menuju Puncak
Gunung
Ciremai diapit dua kabupaten yaitu Kuningan sebelah timur dan Majalengka
sebelah barat. Untuk mencapai puncak Ciremai bisa melalui tiga jalur yaitu Linggarjati
dari arah timur, Pelutungan dari arah selatan, dan Majalengka dari arah barat.
Medan paling berat dan menguras tenaga dan juga sangat berbahaya adalah jalur
dari sisi timur melewati Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten
Kuningan. Jarak tempuhnya kurang lebih 8 km, 90 persen jalannya terjal.
Gunung
Ciremai termasuk salah satu gunung paling berat di tanah Jawa. Masyarakat
setempat dan juga para pendaki menyebutnya jalur maut. Untuk mencapai puncaknya
butuh waktu sekitar 12 sampai 16 jam perjalanan. Tergantung kekuatan fisik
pendaki. Gunung Ciremai memang tidak terlalu tinggi, hanya 3.078 mdpl. Namun
start pendakian dimulai dari ketinggian sekitar 750 mdpl, maka perjalanan cukup
panjang.
Dengan
demikian, sisa perjalanan menuju puncak Ciremai sekitar 2.350 meter garis
vertikal atau sekitar 8 km melalui jalur. Perlu diketahuil, dari semua gunung
yang ada di tanah Jawa hanya Gunung Ciremai-lah yang start pendakiannya dimulai
dari ketinggian 750 mdpl. Jalur dakinya tidak ada jalan datar, 90 persen
berjalur terjal dan sudut kemiringannya antara 70 sampai 80 derajat.
Pantangan Sekaligus Mitos di
Gunung Ciremai
Menurut
juru kunci gunung, pantangan di Gunung Ciremai tidak boleh mengeluh, memegang
lutut, kencing dan buang air besar sembarangan. Setiap memasuki pos diharuskan
mengucapkan salam sebagai tanda minta izin masuk dan pertanda kesopanan.
Menurut Maman, setiap pos yang jumlahnya 12 pos banyak dihuni dedemit. Ucapan
salam tidak hanya ketika datang tapi juga saat meninggalkan gunung.
Diposkan
oleh 'blog penasaran' di 08.59
Gunung
Ciremai juga terkenal dengan mitos Nini Pelet.
Pelet
itu berasal dari nama seorang tokoh legendaris, ialah Nini Pelet dari gunung
Ciremai Cirebon, dan Mbah Buyut Pelet dari Pajajaran.
Jadi
istilah Pelet yg bertujuan untuk menarik pujaan hati,
ialah
berasal dari istilah ketenaran seorang tokoh yg ilmunya sangat hebat dalam
bidang percintaan, yg dalam hal ini ialah kedua tokoh dari Sunda tersebut
Spirit
dari Nini Pelet, ialah Djinn Quraesin dari Rawa Onom Banjar Parahyangan zaman
Prabu Selang Kuning, sebagian berpendapat dewi quraesin ini bukan dari rawa
onom tapi bertempat di kaki gunung ciremai .
Dewi
Quraesin dan Nyi Pelet itu dapat dikalahkan keilmuannya oleh Ki Buyut Mangun
Tapa dari Cirebon keturunan Mbah Kuwu Cakrabuana dan Kitab Ilmu Pelet Dewi
Quraesin dapat direbut oleh Ki Buyut dan dipelajari juga disempurnakan dengan
keilmuan hikmah. Sehingga Ilmu Pelet Jaran Goyang sekarang terbagi menjadi 2
silsilah dan khodam ada yang berasal dari Nini Pelet dan Dewi Quraesin ada yang
berasal dari Ki Buyut Mangun Tapa.
Itulah
misteri dan juga mitos yang konon ada di gunung ciremai, semoga anda berkesan
dengan tulisan ini.