MAKALAH FLORA DAN FAUNA TERBARU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman flora dan fauna di suatu wilayah tidak
terlepas dari dukungan kondisi di wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat
tumbuh di daerah yang beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar
matahari, dan ada yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin dan lembab.
Tumbuhan merupakan makhluk hidup yng menetap, memiliki dinding sel yang terdiri
atas selulosa dan sumber bahan mkanan dari gas dan air, melalui bantuan
klorofil dalam cahaya. Tumbuhan di permukaan bumi sebaagaai obyek kajian bagi ahli
geogrfi tumbuhan.
Proses migrasi pada tumbuhan di pengaruhi factor
kemampuanya berevolusi, kemampuanyaa dalam menyesuaiakan dirinya untuk
mempertahankan hidupnya, melakukan persebaran untuk tumbuh dan hidup seperti
spora yang terbang di tiup angin, dan sifat yang dimiliki kosolitnes mempunyai
kemampuan menyebar secara luas.
Dalam suatu wilayah
tertentu selalu terjadi populasi satu species dengan species lainya senantiasa
terjdi suatu interksi baik secaara langsung maaupun tidak langsung. Dengan
demikian terjadilah suatu kehidupan komunitas atau kelompok suatu kehidupan.
Jenis-jenis fauna tertentu dipengaruhi keberadaannya oleh keadaan
tumbuh-tumbuhan. Sedangkan tumbuh-tumbuhan dipengaruhi oleh iklim. Keadaan
fauna di tiap-tiap daerah atau bioma, tergantung pada kemungkinan-kemungkinan
yang dapat diberikan daerah tersebut untuk memberi makan. Iklim berpengaruh
secara langsung atau tidak langsung terhadap penyebaran fauna.
Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap keberadaan flora
dan fauna berupa faktor-faktor fisik (abiotik) dan faktor non fisik
(biotik).Yang termasuk faktor fisik (abiotik) adalah iklim (suhu, kelembaban
udara, angin), air, tanah, dan ketinggian, dan yang termasuk faktor non fisik
(biotik) adalah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Persebaran Flora di Indonesia?
2. Bagaimanakan persebaran Fauna di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. FLORA INDONESIA
Di
wilayah Indonesia tumbuh ribuan jenis pohon (flora) dan hidup bermacam-macam
hewan atau binatang (fauna). Flora dan fauna Indonesia dibedakan menjadi tiga,
yaitu flora dan fauna asiatis, peralihan (asli), dan australis. Flora dan fauna
asiatis ditemukan di Indonesia bagian barat. Flora dan fauna australis
ditemukan di Indonesia bagian timur. Flora dan fauna di Indonesia bagian tengah
merupakan flora dan fauna asli Indonesia. Pembagian ini didasarkan hasil
penelitian penelitian Alfred Russel Walace dan Max Wilhelm Carl Weber.
Tumbuh-tumbuhan
yang hidup di suatu tempat ada yang tumbuh secara alami dan ada juga yang dibudidayakan
oleh manusia. Flora ataua dunia tumbuhan di berbagai tempat di dunia pasti
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai
berikut :
o
Iklim
o
Jenis tanah
o
Relief atau tinggi
rendah permukaan bumi
o
Biotik (pengaruh
makhluk hidup).
Adanya
faktor-faktor tesebut, Indonesia memeliki keanekara- gaman jenis
tumbuh-tumbuhan. Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar terutama suhu udara
dan curah hujan. Daerah yang curah hujannya tinggi memiliki hutan yang lebat
dan jenis tanaman lebih bervariasi, misalnya: di Pulau Sumatera dan Kalimantan
Sedangkan
daerah yang curah hujannya relatif kurang tidak memiliki hutan yang lebat
seperti di Nusa Tenggara. Daerah ini banyak di tum- buhi semak belukar dengan
padang rumput yang luas.
Suhu udara juga
mempengaruhi tanaman yang dapat hidup di suatu tempat. Junghuhn telah membuat
zonasi (pembatasan wilayah) tumbuh- tumbuhan di Indonesia sebagai berikut :
o
Daerah panas (0 –
650 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kelapa, padi, jagung, tebu,
karet.
o
Daerah sedang ( 650
– 1500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kopi, tembakau, teh,
sayuran.
o
Daerah sejuk ( 1500
– 2500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah teh, sayuran, kina,
pinus.
o
Daerah dingin (di
atas 2500 meter) tidak ada tanaman budidaya
Beberapa
jenis flora di Indonesia yang dipengaruhi oleh iklim antara lain sebagai
berikut :
o
Hutan Musim,
terdapat di daerah Indonesia yang memiliki suhu udara tinggi dan memiliki
perbedaan kondisi tumbuhan di musim hujan dan musim kemarau. Pada musim kemarau
pohonnya akan meranggas dan pada musim hujan akan tumbuh hijau kembali. Contoh
hutan mu- sim ialah hutan jati dan kapuk randu. Hutan musim banyak terdapat di
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
o
Hutan Hujan Tropis,
terdapat di daerah yang curah hujannya tinggi. Indonesia beriklim tropis dan
dilalui garis khatulistiwa sehing- ga Indonesia banyak memperoleh sinar
matahari sepanjang tahun, curah hujan tinggi dan temperatur udara tinggi. Di
Indonesia hutan hujan tropis terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
dan Papua.
o
Sabana, terdapat di
daerah yang curah hujannya sedikit. Sabana beru- pa padang rumput yang
diselingi pepohonan yang bergerombol. Sabana terdapat di Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur.
o
Steppa, adalah
padang rumput yang sangat luas. Stepa terdapat di daerah yang curah hujannya
sangat sedikit atau rendah. Stepa terda- dapat di Nusa Tenggara Timur, baik
untuk peternakan.
o
Hutan Bakau atau
Mangrove, adalah hutan yang tumbuh di pantai yang berlumpur. Hutan bakau banyak
terdapat di pantai Papua, Sumatera bagian timur, Kalimantan Barat dan
Kalimantan Selatan.
Jenis-jenis
hutan yang dipengaruhi iklim antara lain
(a).
Hutan Hujan Tropis, (b). Sabana, (c). Steppa, (d). Hutan Mangrove
1.
MELATI
Bunga
melati (Jasminum sambac) atau disebut juga melati putih merupakan salah satu
spesies melati yang berasal dari Asia Selatan. Tanaman perdu ini tersebar mulai
dari daerah Hindustan, Indochina, Malaysia, hingga ke Indonesia. Bunga melati
putih ditetapkan sebagai puspa bangsa, satu diantara tiga bunga nasional
Indonesia.
Melati
(Jasminum sambac) merupakan tanaman perdu, berbatang tegak merayap, hidup
menahun. Melati tumbuh baik di iklim panas tropik, kondisi tanah ringan, porus,
berpasir sampai agak liat. Bunga melati berukuran kecil, umumnya berwarna
putih, petala (mahkota bunga) selapis atau bertumpuk. Daun bentuk membulat.
Ada
sekitar 200 jenis melati yang sudah teridentifikasi, tetapi hanya 8-9 jenis
yang umum dibudidayakan. Di Indonesia ada banyak nama lokal yang diberikan
kepada bunga melati seperti, menuh (bali), Meulu Cina, Meulu Cut (Aceh), Malete
(Madura), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), dan
Mundu (Bima, Sumbawa).
Melati mempunyai
bentuk mahkota yang sederhana. Melati memiliki bunga berwarna putih suci.
Melati memiliki aroma yang lembut menenangkan. Melati tidak membutuhkan
pemeliharaan yang rumit. Harga melati yang merakyat (relatif murah). Dari semua
kelebihan melati itu, tidak berlebihan jika kemudian melati ditetapkan sebagai
bunga bangsa, salah satu dari 3 bunga nasional Indonesia.
2. ANGREK
Indonesia adalah
negara yang sangat kaya akan tanaman anggreknya, Imdonesia mempunyai lebih dari
6.000 jenis anggrek dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan spesies
anggrek terbanyak dan terlengkap di dunia. Tidak hanya itu jenis anggrek di
Indonesia juga merupakan jenis anggrek terindah dan terlangka didunia.
Berikut adalah
beberapa jenis anggrek yang ada di Indonesia
- Anggrek macan
Grammatophyllum
speciosum atau seringpula
disebut-sebut dengan nama G. papuanum yang diyakini sebagai
salah satu variannya. Tanaman ini tersebar luas dari Sumatera, Kalimantan,
Jawa, hingga Papua. Oleh karena itu, tidak heran bila banyak ditemukan
varian-varian nya dengan bentuk tanaman dan corak bunga yang sedikit berbeda.
Dalam satu rumpun dewasa, tanaman ini dapat mencapai berat lebih dari 1 ton dan
panjang malai bunga hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm.
Itulah sebabnya malai bunganya mampu menyangga puluhan kuntum bunga berdiameter
7-10 cm.
Dari
corak bungany penduduk lokal sering menjulukinya dengan sebutan anggrek macan
akan tetapi sebutan ini sering rancu dengan kerabatnya, Grammatophyllum
scriptum yang memiliki corak serupa. Oleh sebab itu, anggrek ini
populer juga dengan sebutan sebagai anggrek tebu, karena sosok batang
tanamannya yang menyerupai batang pohon tebu. Meskipun persebarannya cukup
luas…anggrek ini justru menghadapi ancaman serius dari perburuan tak terkendali
serta kerusakan habitat. Sosok pohonnya yang sangat besar mudah terlihat oleh
para pemburu, terlebih lagi saat memunculkan bunganya yang mencolok. Belum lagi
perkembangbiakan alami di habitat dengan biji sangatlah sulit diandalkan karena
lambatnya laju pertumbuhan dari fase biji hingga mencapai tanaman dewasa yang siap
berbunga. Mungkin hal inilah yang mendasari kenapa anggrek ini menjadi salah
satu species anggrek yang dilindungi.
- Anggrek hitam
Anggrek
hitam (Coelogyne pandurata) adalah spesies anggrek yang hanya tumbuh di pulau
Kalimantan. Anggrek hitam adalah maskot flora provinsi Kalimantan Timur. Saat
ini, habitat asli anggrek hitam mengalami penurunan jumlah yang cukup besar
karena semakin menyusutnya luas hutan di Kalimantan namun masih bisa ditemukan
di cagar alam Kersik Luway dalam jumlah yang sedikit. Diperkirakan jumlah yang
lebih banyak berada di tangan para kolektor anggrek.
Dinamakan
anggrek hitam karena anggrek ini memiliki lidah (labellum) berwarna hitam
dengan sedikit garis-garis berwarna hijau dan berbulu. Sepal dan petal berwarna
hijau muda. Bunganya cukup harum semerbak dan biasa mekar pada bulan Maret
hingga Juni.
Anggrek
hitam termasuk dalam anggrek golongan simpodial dengan bentuk bulb membengkak
pada bagian bawah dan daun terjulur di atasnya. Setiap bulb hanya memiliki dua
lembar daun saja. Daunnya sendiri sekilas mirip seperti daun pada tunas kelapa.
- Anggrek bulan
Anggrek
bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu bunga nasional
Indonesia, Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) ditetapkan sebagai
Puspa Pesona Indonesia mendampingi bunga melati (Jasminum sambac) yang
ditetapkan sebagai puspa bangsa Indonesia dan padma raksasa (Rafflesia
arnoldii ) sebagai puspa langka Indonesia.
Anggrek bulan (Phalaenopsis
amabilis) merupakan salah satu anggota genus Phalaenopsis,
genus yang pertama kali ditemukan oleh seorang ahli botani Belanda, Dr. C.L.
Blume. Phalaenopsissendiri sedikitnya terdiri atas 60 jenis
(spesies) dengan sekitar 140 varietas yang 60 varietas diantaranya terdapat di
Indonesia.
Di
Indonesia, anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) pertama kali ditemukan
di Maluku. Anggrek bulan memiliki beberapa nama daerah seperti anggrek wulan
(Jawa dan Bali), anggrek terbang (Maluku), dan anggrek menur (Jawa). Pemerintah
menetapkan anggrek bulan sebagai puspa pesona mendampingi melati (puspa
bangsa), dan padma raksasa (puspa langka) berdasarkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1993.
Pesona
Anggrek Bulan. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan jenis
anggrek (Orchidaceae) yang mempunyai ciri khas kelopak bunga yang lebar dan
berwarna putih. Meskipun saat ini sudah banyak anggrek bulan hasil persilangan
(anggrek bulan hibrida) yang memiliki corak dan warna beragam jenis.
Anggrek
bulan (Phalaenopsis amabilis) termasuk dalam tanaman anggrek monopodial yang
menyukai sedikit cahaya matahari sebagai penunjang hidupnya. Daunnya berwarna
hijau dengan bentuk memanjang. Akar anggrek bulan berwarna putih berbentuk
bulat memanjang dan terasa berdaging. Bunga anggrek bulan memiliki sedikit
keharuman dan waktu mekar yang lama serta dapat tumbuh hingga diameter 10 cm
lebih.
Anggrek
bulan (Phalaenopsis amabilis) tumbuh liar dan tersebar luas mulai dari
Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua, hingga ke Australia. Anggrek bulan hidup
secara epifit dengan menempel pada batang atau cabang pohon di hutan-hutan.
Secara liar anggrek bulan mampu tumbuh subur hingga ketinggian 600 meter dpl.
Lantaran
keindahannya itu wajar jika kemudian anggrek bulan ditetapkan sebagai puspa
pesona, satu diantara 3 bunga nasional Indonesia. Anggrek bulan ditetapkan
sebagai puspa pesona mendampingi melati (puspa bangsa) dan padma raksasa (puspa
langka).
3. BUNGA BANGKAI
Bunga
bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal
untuk fase vegetatif), Amorphophallus titanum Becc., merupakan
tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dariSumatera, Indonesia,
yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia,
meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga
endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. Namanya
berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai yang membusuk, yang
dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi
bunganya. Bunga bangkai juga sering digunakan sebagai julukan bagi fatma raksasa Rafflesia
arnoldii. Di alam tumbuhan ini hidup di daerah hutan hujan basah. Bunga
bangkai adalah bunga resmi bagi Provinsi Bengkulu.
Tumbuhan
ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase
vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang
semunya. Tingginya dapat mencapai 6 meter . Setelah beberapa waktu (tahun),
organ vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan makanan di umbi
mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila
cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.
Bunganya sangat
besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol
atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga
berukuran besar. Bunganya berumah satu dan protogini: bunga betina
reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme
untuk mencegah penyerbukan sendiri. Hingga tahun 2005, rekor bunga tertinggi di
penangkaran dipegang oleh Kebun Raya Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga setinggi
2,74m pada tahun 2003. Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar bunga dengan
ketinggian 2,91m di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di Jerman.
Namun demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa bunga yang mekar
di sana mencapai ketinggian 3,17m pada dini hari tanggal 11 Maret 2004 . Bunga
mekar untuk waktu sekitar seminggu, kemudian layu. Apabila pembuahan terjadi,
akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji di pada bagian bekas
pangkal bunga. biji-biji ini dapat ditanam. Setelah bunga masak, seluruh bagian
generatif layu. Pada saat itu umbi mengempis dan dorman. Apabila mendapat cukup
air, akan tumbuh tunas daun dan dimulailah fase vegetatif kembali.karena
keunikan bunga ini, bunga ini sering diperjual belikan oleh manusia, itulah
faktor utama bunga ini langka.
4. BUNGA RAFFLESIA ARNOLDI
Rafflesia
Arnoldi merupakan salah jenis tanaman langka yang hanya tumbuh di kawasan
Sumatra bagian selatan, terutama di Provinsi Bengkulu. Tanaman ini pertama kali
ditemukan di Bengkulu pada tahun 1818, oleh seorang letnan dari Inggris, yang
pada saat itu tengah menjabat sebagai Gubernur Bengkulu, Thomas Stamford
Raffles dan Dr. Arnoldy, seorang ahli botani.
Oleh
Pemerintah Provinsi Bengkulu, bunga ini ditetapkan sebagai lambang provinsi.
Karena Refflesia Arnoldi merupakan tanaman langka, maka sejak tahun 2000
Pemerintah Provinsi Bengkulu menetapkannya sebagai tanaman yang dilindungi dan
harus dilestarikan. Selain itu, sejak tahun 2001, beberapa kawasan hutan yang
menjadi habitat Rafflesia Arnoldi ditetapkan sebagai kawasan hutan yang
dilindungi.
Raflesia
Arnoldi adalah bunga khas yang tumbuh di kawasan hutan bukit barisan Provinsi
Bengkulu. Keunikan bunga ini adalah selain dari bentuknya yang jauh lebih besar
dari ukuran bunga pada umumnya juga karena proses pemunculannya yang tiba-tiba
tanpa memiliki bentuk pohon tertentu. Menurut berbagai ahli botani, bunga ini
diidentifikasi sebagai bunga terbesar di dunia.
Bunga ini kerap
tumbuh di hutan Bukit Barisan di Desa Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah
dan juga di sekitar Desa Tebat Monok, Kabupaten Kepahiang. Bagian terbesar dari
bunga ini adalah lima kelopak bunga yang mengelilingi bagian dalam, yang tampak
seperti mulut gentong. Di dasar bagian yang seperti gentong ini, terdapat
benang sari ataupun putik, bergantung pada jenis kelaminnya, Rafflesia Arnoldi
jantan atau betina. Terpisahnya benang sari dan putik ini, membuat pembuahan
bunga yang berbau busuk ini agak sulit. Dibutuhkan bantuan dari serangga,
angin, ataupun air agar Rafflesia Arnoldi dapat berbunga.
Masa
pertumbuhan Rafflesia Arnoldi terhitung lama, dapat memakan waktu hingga
sembilan bulan, dan jika bunganya sedang mekar, hanya akan berlangsung selama
seminggu. Maka tak heran jika tidak banyak wisatawan yang cukup beruntung untuk
melihat bunga yang biasanya mekar di bulan Agustus hingga November ini. Jika
sedang mekar, bunga ini dapat memiliki diameter hingga 1 meter, dan beratnya
dapat mencapai 11 kilogram. Bunga ini memang akan mengeluarkan bau yang tak
sedap, namun bau inilah yang memancing serangga untuk mendekati Rafflesia
Arnoldi, sehingga memungkinkan pembuahan terjadi.
Salah
satu kebanggaan masyarakat Bengkulu yang merupakan puspa langka Indonesia,
bunga Raflesia Arnoldi yang hanya tumbuh di sekitar kawasan Hutan Lindung Bukit
Daun Bengkulu saat ini terancam punah. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bagian
Tata Usaha Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Supartono. Kepunahan ini
disebabkan oleh warga di sekitar kawasan Hutan Lindung Bukit Daun, secara
sengaja memindahkan bongkol puspa langka tersebut ke daerah yang mudah
dijangkau pengunjung atau diletakkan di sekitar rumah atau pinggir jalan untuk
dimanfaatkan menjadi sumber pendapatan, karena setiap bunga Raflesia mekar
selalu dipadati oleh pengunjung baik dari Provinsi Bengkulu maupun dari
provinsi lain untuk melihat dari dekat puspa langka Indonesia tersebut.
Pihak
BKSDA sejak tahun 2006 sudah mencurigai indikasi ini, tetapi tidak pernah
ditemukan bukti yang kuat. Pihak BKSDA curiga dan heran kenapa bunga Raflesia
selalu mekar dekat dengan jalan, padahal puspa ini memerlukan iklim yang
ekstrim dan hanya tumbuh di kawasan Hutan Lindung Bukit Daun.
Hal ini hendaknya
menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan pihak terkait, jangan
sampai salah satu kebanggaan masyarakat Bengkulu dan koleksi puspa langka
Indonesia menjadi punah dan tinggal cerita.
B. Fauna Indonesia
Wilayah Indonesia
memiliki kekayaan fauna yang sangat beragam. Keragaman fauna ini karena
berbagai hal :
1. Terletak di daerah tropis, sehingga mempunyai hutan
hujan tropis (trophical rain forest) yang kaya akan tumbuhan dan hewan hutan
tropis.
2. Terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan
Australia
3. Merupakan negara kepulauan, hal ini menyebabkan
setiap pulau memungkinkan tumbuh dan dan menyebarnya hewan dan tumbuhan khas
tertentu sesuai dengan kondisi alamnya.
4. Indonesia terletak di dua kawasan persebaran fauna
dunia, yaitu Australis dan Oriental.
Karena
berbagai kondisi tersebut maka wilayah Indonesia kaya akan keanekaragaman
fauna. Berbagai jenis fauna yang meliputi :
1. Mamalia (lebih dari 500 jenis)
2. Kupu-kupu (lebih dari 100 jenis)
3. Reptil (lebih dari 600 jenis)
4. Burung (lebih dari 1.500 jenis)
5. Amfibi (lebih dari 250 jenis)
Persebaran fauna
dikelompokkan dalam 3 wilayah geografis yaitu fauna Indonesia Barat, fauna
Indonesia Tengah dan fauna Indonesia Timur.
Fauna yang terdapat
di wilayah Indonesia Barat bertipe Asiatis, di wilayah Indonesia Tengah
merupakan fauna khas/fauna asli Indonesia sedangkan wilayah fauna Indonesia
Timur bertipe Australis.
Berikut ini adalah
beberapa fauna Indonesia
1.
KOMODO
Komodo,
atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis, adalah
spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili
Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau
Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.
Termasuk anggota
famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar
di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan
gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan
tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia
karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil.
Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang
mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
Komodo ditemukan
oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang
mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas
telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo
sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini
dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional,
yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.
2. ORANG UTAN
Orang
utan (atau orang hutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis kera besar
dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang
Orangutan ditemukan
di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan
Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia . Mereka biasa tinggal di pepohonan
lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada berbagai
tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah,
daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas
rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo, orangutan dapat
ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut , sedangkan kerabatnya
di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000 m dpl. hidup di hutan tropika Indonesia, khususnya
di Pulau Kalimantan dan Sumatra.
3. HARIMAU SUMATERA
Harimau
Sumatra atau dalam bahasa latin disebut Panthera tigris
sumatrae merupakan satu dari lima subspisies harimau (Panthera
tigris) di dunia yang masih bertahan hidup. Harimau Sumatera termasuk satwa
langka yang juga merupakan satu-satunya sub-spisies harimau yang masih dipunyai
Indonesia setelah dua saudaranya Harimau Bali (Panthera tigris balica)
dan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dinyatakan punah.
Hewan
dari filum Chordata ini hanya dapat diketemukan di Pulau
Sumatera, Indonesia. Populasinya di alam liar diperkirakan tinggal 400–500
ekor. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) semakin langka dan
dikategorikan sebagai satwa yang terancam punah.
Harimau dipercaya
merupakan keturunan hewan pemangsa zaman purba yang dikenal sebagai Miacids. Miacids hidup
pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta tahun
yang lalu semasa zaman dinosaurus di Asia Barat (Andrew Kitchener, “The
Natural History of Wild Cats”). Harimau kemudian berkembang di
kawasan timur Asia di China dan Siberia sebelum berpecah dua, salah satunya
bergerak ke arah hutan Asia Tengah di barat dan barat daya menjadi harimau
Caspian. Sebagian lagi bergerak dari Asia Tengah ke arah kawasan pergunungan
barat, dan seterusnya ke Asia tenggara dan kepulauan Indonesia,
sebagiannya lagi terus bergerak ke barat hingga ke India (Hemmer,1987).
Harimau
Sumatera dipercaya terasing ketika permukaan air laut meningkat pada 6.000
hingga 12.000 tahun silam. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda
genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mempunyai ciri-ciri
yang berbeda dengan subspisies harimau lainnya dan sangat mungkin berkembang
menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.
4. BADAK
JAWA
Badak
Jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili
Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke
genus yang sama dengan badak India dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai
baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini
lebih kecil daripada badak India dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak
Hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil
daripada cula spesies badak lainnya.
Badak
ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski
disebut “Badak Jawa”, binatang ini tidak terbatas hidup di pulau Jawa saja,
tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok.
Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang
ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan
adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional
Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya
berada di Taman Nasional CaTien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih
dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak Jawa diakibatkan oleh
perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan
tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.
Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang
terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga
menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.Tempat
yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak Jawa
masih berada pada resiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya
keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia
mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak Jawa karena jika terjadi
serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan gunung berapi
Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah. Selain itu,
karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan
sumber, maka populasinya semakin terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan aman
dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat
yang pernah menjadi habitat badak Jawa.
Badak Jawa dapat
hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran
rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir besar. Badak Jawa
kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan
anak, walaupun suatu kelompok terkadang dapat berkumpul di dekat kubangan dan
tempat mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai
musuh. Badak Jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia
jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung alam jarang meneliti binatang itu
secara langsung karena kelangkaan mereka dan adanya bahaya mengganggu sebuah
spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran untuk mengukur
kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa lebih sedikit dipelajari daripada
spesies badak lainnya.
5. BADAK
SUMATERA
Badak
sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan salah satu spesies
badak yang dipunyai Indonesia selain badak jawa (Rhinocerus sondaicus).
Badak sumatera (Sumatran rhino) juga merupakan spesies badak terkecil di
dunia merupakan satu dari 5 spesies badak yang masih mampu bertahan dari
kepunahan selain badak jawa, badak india, badak hitam afrika, dan badak
putih afrika.
Badak Sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis) seperti saudara dekatnya, badak jawa, semakin langka dan
terancam kepunahan. Diperkirakan populasi badak bercula dua ini tidak mencapai
200 ekor. Wajar jika IUCN Redlist kemudian memasukkan badak sumatera (Sumatran
rhino) dalam daftar status konservasicritically endangered (kritis;
CE).
Badak
sumatera dalam bahasa Inggris disebut sebagai Sumatran rhino. Sering
kali juga disebut sebagai hairy rhino lantaran memiliki rambut
terbanyak ketimbang jenis badak lainnya. Badak Sumatera dalam bahasa latin
disebur sebagai Dicerorhinus sumatrensis.
Ciri-ciri dan
Habitat Badak Sumatera. Badak sumatera memiliki dua cula dengan panjang
cula depan berkisar antara 25-80 cm dan cula belakang lebih pendek sekitar 10
cm. Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) mempunyai panjang tubuh
antara 2-3 meter dengan berat antara 600-950 kg. Tinggi satwa langka ini
berkisar antara 120-135 cm.
Habitat
badak sumatera meliputi hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan
meskipun umumnya binatang langka ini menyukai hutan bervegetasi lebat. Satwa
langka bercula dua ini lebih sering terlihat di hutan-hutan sekunder dataran
rendah yang memiliki air, tempat berteduh, dan sumber makanan yang tumbuh
rendah. Makanan utama badak sumatera meliputi buah (terutama mangga liar dan
fikus), dedaunan, ranting-ranting kecil, dan kulit kayu.
Badak
sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan satwa penjelajah yang
hidup dalam kelompok-kelompok kecil meskipun umumnya hidup secara soliter
(menyendiri).Pada cuaca yang cerah sering turun ke daerah dataran rendah, untuk
mencari tempat yang kering. Pada cuaca panas ditemukan berada di hutan-hutan di
atas bukit dekat air terjun.
6. GAJAH SUMATERA
Gajah
Sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah yang paling kecil dari ketiga
subspesies dari Gajah Asia, dan merupakan endemic untuk Pulau Sumatra. Sebelum
terjadi perusakan besar-besaran pada habitatnya, gajah secara luas tersebar di
seluruh Sumatra pada ekosistem yang beragam, Gajah Sumatra ditemukan sampai
hutan primer pada ketinggian di atas 1,750 m di Gunung Kerinci Barat Sumatra
(Freywyssling, 1933 dalam Satiapillai. 2007).
Habitat
yang paling disukai adalah hutan dataran rendah, dari berbagai ekosistem di
daerah jelajahnya. Di masa lalu, ketika habitatnya belum rusak, gajah
mengadakan migrasi luas. Pergerakan ini pada umumnya mengikuti aliran sungai.
Gajah berpindah dari daerah gunung ke dataran rendah pantai selama musim kering
dan naik ke bukit satu kali ketika hujan datang (Van Heurn, 1929; Pieters, 1938
dalam Satiapillai. 2007).
Gajah
sumatera mempunyai ciri badan lebih gemuk dan lebar. Pada ujung belalai
memiliki satu bibir. Berbeda dengan Gajah Afrika, Gajah Sumatera memiliki 5
kuku pada kaki depan dan 4 kuku di kaki belakang. Berat gajah sumatera dewasa
mencapai 3.500-5000 kilogram, lebih kecil dari Gajah Afrika.
Gajah
Sumatera dewasa dalam sehari membutuhkan makanan hingga 150 kilogram dan 180
liter air. Dari jumlah itu, hanya sekitar 40% saja yang mampu diserap oleh
pencernaannya. Untuk memenuhi nafsu makan ini Gajah Sumatera melakukan
perjalanan hingga 20 km perharinya. Dengan kondisi hutan yang semakin berkurang
akibat pembalakan liar dan kebakaran hutan, tidak heran jika nafsu makan dan
daya jelajah bintang berbelalai ini sering terjadi konflik dengan manusia.
Sebagaimana
spesies gajah asia lainnya, Gajah Sumatera tidur sambil berdiri. Selama tidur,
telinganya selalu dikipas-kipaskan. Ia mampu mendeteksi keberadaan sumber air
dalam radius 5 kilometer. Gajah Sumatera, mengalami masa kawin pada usia 10-12
tahun. Dan akan melahirkan anak 4 tahun sekali dengan masa mengandung hingga 22
bulan.
6.
LUTUNG JAWA
Lutung
Jawa atau dalam bahasa latin disebut dengan Trachypithecus auratus
merupakan salah satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia. Sebagaimana spesies
lutung lainnya, lutung jawa yang bisa disebut juga lutung budeng mempunyai
ukuran tubuh yang kecil, sekitar 55 cm, dengan ekor yang panjangnya mencapai 80
cm.
Lutung
jawa atau lutung budeng terdiri atas dua subspesies yaituTrachypithecus
auratus auratus dan Trachypithecus auratus mauritius. Subspesies
Trachypithecus auratus auratus (Spangled Langur Ebony) bisa
didapati di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa Barung. Sedangkan
subspesies yang kedua,Trachypithecus auratus mauritius (Jawa Barat
Ebony Langur) dijumpai terbatas di Jawa Barat dan Banten.
7. ANOA
Anoa adalah
satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Anoa juga menjadi fauna identitas
provinsi Sulawesi Tenggara. Satwa langka dan dilindungi ini terdiri atas dua
spesies (jenis) yaitu: anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa
dataran rendah (Bubalus depressicornis). Kedua satwa ini tinggal dalam
hutan yang jarang dijamah manusia. Kedua spesies anoa tersebut hanya dapat ditemukan
di Sulawesi, Indonesia. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor
yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya
dan dagingnya.
Baik
Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) maupun Anoa Dataran Rendah (Bubalus
depressicornis) sejak tahun 1986 oleh IUCN Redlist dikategorikan
dalam binatang dengan status konservasi “Terancam Punah” (Endangered;
EN) atau tiga tingkat di bawah status “Punah”.
Secara umum, anoa
mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya lurus ke belakang serta meruncing
dan agak memipih. Hidupnya berpindah-pindah tempat dan apabila menjumpai
musuhnya anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa atau
apabila terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduknya.
8. BEKANTAN
Bekantan atau
dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera
berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu
dari dua spesies dalam genustunggal kera Nasalis.
Ciri-ciri
utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung. Fungsi dari
hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin
disebabkan olehseleksi alam . Kera betina lebih memilih jantan dengan
hidung besar sebagai pasangannya. panjang dan besar yang hanya ditemukan di
spesies jantan
Bekantan
jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan
berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini
juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi
makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka
daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan
efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.
Bekantan
tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa danhutan pantai di
pulauKalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan
hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Bekantan
juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu
pulau ke pulau lain.
Bekantan
merupakan maskotfauna provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan dari
hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat
terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai
Terancam Punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam
CITESAppendix I.
9. TARSIUS SULAWESI (TARSIUS SPECTRUM )
Tarsius tarsier
(Binatang Hantu/Kera Hantu) adalah suatu jenis primata kecil, memiliki tubuh
berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan
telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.
Nama Tarsius
diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang
memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat
sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga
memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap
tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini
memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan
untuk grooming.
Yang paling
istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar
jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat
dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa
melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik
ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga
dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa
Tarsius adalah
makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang
hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling
utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan terkadang reptil kecil,
burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga
Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar,
dan Peleng. Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan,
Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan “balao cengke”
atau “tikus jongkok” jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia.
10 KANGGURU PAPUA
Kangguru, spisies
yang mempunyai ciri khas kantung di perutnya (Marsupialia). Kanguru
Papua ini memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan Kanguru
Australia. Sayang Kanguru yang terdiri atas Kanguru tanah dan Kanguru pohon ini
mulai langka sehingga termasuk satwa Indonesia yang di lindungi dari kepunahan.
Kangguru Papua
terdiri atas dua genus yaitu dendrolagus (Kanguru Pohon)
dan thylogale (Kanguru Tanah). Kanguru pohon sebagian besar
masa hidupnya ada di pohon. Sekalipun begitu satwa tersebut juga sering turun
ke tanah, misalnya bila sedang mencari air minum. Moncong kanguru pohon
bentuknya lebih runcing jika dibandingkan dengan moncong kanguru darat. Ekornya
agak panjang dan bulat, berbulu lebat dari pangkal sampai ekornya. Sedangkan
pada kanguru darat kedua kaki depannya lebih pendek dari pada kaki belakangnya,
Cakarnya pun lebih kecil. Moncongnya agak tumpul dan tidak berbulu. Ekornya
makin meruncing ke ujung, bulunya tidak begitu lebat.
A. Kangguru Tanah
(lau-lau atau paunaro):
- Thylogale brunii
(Dusky Pademelon)
merupakan jenis
kangguru terkecil yang ada di dunia. Beratnya antara 3-6 kilogram, tetapi ada
juga yang 10 kilogram. Panjang tubuhnya sekitar 90 sentimeter dengan lebar
sekitar 50 sentimeter. Satwa langka yang dilindungi ini adalah hewan endemik
Papua, dan hanya terdapat di Papua di kawasan dataran rendah di hutan-hutan di
wilayah Selatan Papua, dan Papua Niugini. Di IndonesiaThylogale brunii terdapat
antara lain di Taman Nasional Wasur (Kabupaten Merauke) dan Taman Nasional
Gunung Lorentz (Mimika).
- Thylogale
stigmata (red-legged pademelon)
merupakan jenis
yang hidup di daerah pantai selatan Papua.Thylogale stigmata mempunyai
warna kulit tubuh lebih cerah yaitu kuning kecokelatan.
- Thylogale brownii
(Brown’s pademelon)
Selain di Papua,
binatang ini juga terdapat di Papua New Guinea.
B. Kangguru pohon
(lau-lau):
- Dendrolagus pulcherrimus
(Kanguru Pohon
Mantel Emas) merupakan sejenis kanguru pohon yang hanya ditemukan di hutan
pegunungan pulau Irian. Spesies ini memiliki rambut-rambut halus pendek
berwarna coklat muda. Leher, pipi dan kakinya berwarna kekuningan. Sisi bawah
perut berwarna lebih pucat dengan dua garis keemasan dipunggungnya. Ekor
panjang dan tidak prehensil dengan lingkaran-lingkaran terang.
Penampilan
Kanguru-pohon Mantel-emas serupa dengan Kanguru pohon Hias. Perbedaannya
adalah Kanguru-pohon Mantel-emas memiliki warna muka lebih terang atau
merah-muda, pundak keemasan, telinga putih dan berukuran lebih kecil dari
Kanguru-pohon Hias. Beberapa ahli menempatkan Kanguru-pohon Mantel-emas sebagai
subspesies dari Kanguru-pohon Hias.
Kanguru-pohon
Mantel-emas merupakan salah satu jenis kanguru-pohon yang paling terancam
kepunahan diantara semua kanguru pohon. Spesies ini telah punah di sebagian
besar daerah habitat aslinya
- Dendrolagus
goodfellowi
(disebut Kanguru
Pohon Goodfellow atau kanguru pohon hias atauGoodfellow’s
Tree-kangaroo) merupakan jenis kanguru pohon yang paling sering ditemui.
Kulit tubuhnya berwarna cokelat sawo matang dan banyak terdapat di hutan hujan
di pulau Papua
Dendrolagus mbaiso (disebut sebagai Kanguru Pohon Mbaiso atauDingiso)
kanguru ini ditemukan di hutan montane yang tinggi dansubalpine semak
belukar di Puncak Sudirman. Kanguru pohon ini mempunyai bulu hitam dengan
kombinasi putih di bagian dadanya.
- Dengrolagus
dorianus
atau disebut
sebagai Kangguru Pohon Ndomea atau Doria’s Tree-kangaroo.
- Dendrolagus
stellarum
disebut juga
sebagai Seri’s Tree-kangaroo. Kanguru pohon ini terdapat di
Tembagapura.
11 BURUNG MERAK
HIJAU
Merak Hijau (Green
Peafowl) yang dalam bahasa ilmiah disebutPavu muticus adalah
salah satu dari tiga spesies merak yang terdapat di dunia. Satwa yang terdapat
di Cina, Vietnam dan Indonesia ini mempunyai bulu-bulu yang indah. Apalagi
Merak Hijau jantan yang memiliki ekor panjang yang mampu mengembang bagai
kipas.
Merak Hijau (Pavu
muticus) mempunyai bulu yang indah yang berwarna hijau keemasan. Burung
jantan dewasa berukuran sangat besar, dengan penutup ekor yang sangat panjang.
Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil
dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan
dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Mukanya memiliki aksen warna hitam di
sekitar mata dan warna kuning cerah di sekitar kupingnya.
Pada musim berbiak,
burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina. Bulu-bulu penutup
ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung betina
menetaskan tiga sampai enam telur setelah mengeraminya pada tumpukan daun dan
ranting di atas tanah selama satu bulan. Anaknya akan terus berdekatan dengan
induknya hingga musim kawin berikutnya, walaupun sudah bisa terbang pada usia
yang masih sangat muda.
Dalam urusan makan,
burung Merak Hijau doyan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan,
aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba,
cacing dan kadal kecil.
Populasi Merak
Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di Republik Rakyat
Cina, Vietnam, Myanmar dan Jawa, Indonesia. Sebelumnya Merak Hijau
ditemukan juga di India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang
telah punah di sana. Meskipun berukuran besar, burung indah, langka, dan
dilindungi ini bisa terbang.
Di Indonesia, Merak
Hijau hanya terdapat di Pulau Jawa. Habitatnya mulai dari dataran rendah hingga
tempat-tempat yang tinggi. Salah satunya yang masih bisa ditemui berada di
Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Selain itu diperkirakan juga masih
terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon, dan Taman Nasional Meru Betiri.
Populasi Merak
Hijau terus berkurang. Ini diakibatkan oleh rusaknya habitat dan perburuan
liar. Burung langka yang indah ini diburu untuk diambil bulunya ataupun
diperdagangkan sebagai bintang peliharaan. Untuk menghindari kepunahan burung
langka ini dilindungi undang-undang. Di Pulau Jawa kini jumlah Merak Hijau (Pavu
muticus) diperkirakan tidak lebih dari 800 ekor.
12 BURUNG CENDRAWASIH
Cendrawasih
atau paradisoaeidae apoda, minor, cicinnurus regius, dan seleudicis
melanoleuca merupakan burung khas dari Papua. Dari 43 spesies
burung surga ini, 35 di antaranya bisa ditemukan di Papua.
Burung Cendrawasih yang dianggap sebagai burung
surga.
Kekhasan burung ini
terdapat pada bulu indahnya. Dan bulu indah ini hanya dimiliki oleh burung
cendrawasih jantan saja. Umumnya warna-warna bulu burung ini sangat cerah
dengan kombinasi hitam, cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau
dan ungu.
Burung ini biasanya
hidup di hutan yang lebat atau di dataran rendah. Ia memiliki kebiasaan bermain
di pagi hari saat matahari mulai menampakkan cahaya di ufuk timur.
Cendrawasih jantan
memakai bulu lehernya yang menawan untuk menarik lawan jenis. Tarian
cendrawasih jantan amat memukau. Sambil bernyanyi di atas dahan, pejantan ini
bergoyang-goyang ke berbagai arah. Kadang malah bergantung terbalik bertumpu
pada dahan.
Oleh masyarakat di
Papua, burung cendrawasih dipercaya sebagai titisan bidadari tak berkaki atau
Apoda, burung yang cantik tetapi tak berkaki, karena mereka berjalan atau hanya
bertengger di dahan pohon saja.
Burung Cendrawasih
ini dulu populasinya cukup banyak di hutan Papua, tapi karena terus diburu,
akhirnya populasi burung ini menurun tajam dan semakin sulit ditemui. Bukan
hanya diburu, tetapi habitat berkembangbiaknya pun semakin sempit karena banyak
penebangan hutan.
13 BURUNG JALAK
BALI
Jalak Bali (Leucopsar
rothschildi) atau disebut juga Curik Bali adalah sejenis burung sedang
dengan panjang lebih kurang 25 cm. Burung pengicau berwarna putih ini merupakan
satwa endemik Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Pulau Bali bagian barat.
Burung ini juga merupakan satu-satunya satwa endemik Pulau Bali yang masih
tersisa setelah Harimau Bali dinyatakan punah. Sejak tahun 1991, satwa yang
masuk kategori “kritis” (Critically Endangered) dalam Redlist IUCN dan
nyaris punah di habitat aslinya ini dinobatkan sebagai fauna identitas (maskot)
provinsi Bali.
Jalak Bali
ditemukan pertama kali oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung
berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911. Nama ilmiah Jalak Bali (Leucopsar
rothschildi) dinamakan sesuai dengan nama Walter Rothschild pakar hewan
berkebangsaan Inggris yang pertama kali mendiskripsikan spesies pada tahun
1912.
Baca Juga : Contoh Kata Pengantar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa persebaran
sumber-sumber alam yang menyangkut
air, dunia tumbuh-tumbuhan serta kesuburan tanah dan sinar matahari dan lain-lain tidaklah
merata di permukaan bumi
ini. sehingga, persebaran flora dan fauna pun juga tidak menyebar secara merata di permukaan bumi ini.
B. Saran
Dengan
adanya karya tulis ini maka penulis mengharapkan agar masyarakat dapat menjaga
kelestarian flora dan fauna di sekitar kita.