BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di era globalisasi ini semakin banyak
masyarakat yang menganggap kesenian khas daerah yang dalam hal ini adalah Reog
Ponorogo hanya sebuah kesenian masa lalu.Yang di anggap kesenian memanggil
setan dengan aura mistis.
Dan dalam kenyataannya semakin banyak masyarakat yang
melupakan warisan kebudayaan daerah, dalam hal ini adalah Reog Ponorogo karena
semakin majunya hiburan .
Reog Ponorogo merupakan kesenian khas daerah
Ponorogo yang pada akhirnya akan luntur apabila tidak ada peran pemerintah dan
seluruh elemen masyarakat dalam melestarikan kesenian tersebut dan bahkan warga
negara lain yang notabene bukan merupakan kesenian khas daerah meraka malah mau
melestarikan peninggalan budaya masa lalu itu.
Dan dampaknya muncul kontroversi kalau negara
tetangga mulai mengakui kesenian khas daerah kita lalu bagaimana kita sebagai
pemilik asli dari kesenian khas daerah tersebut apakah kita hanya berdiam diri
dan membiarkannya terjadi begitu saja?padahal sebenarnya dizaman sekarang bukan
suatu upacara pemanggilan setan melainkan suatu sendra tari yang sangat menarik
untuk dipahami dan dipelajari. Namun apakah masyarakat zaman sekarang
mengetahui apa itu kesenian Reog Ponorogo?
Oleh karena itu makalah kesenian ini saya buat
agar para pembaca dapat mengetahui apa itu Reog Ponorogo dan menghimbau agar
semua elemen masyarakat khususnya para pemuda di Indonesia mau melestarikan
kesenian khas daerah mereka masing masing dan mungkin kalau bisa membawa
kesenian tersebut ke kancah internasional.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas kami akan merumuskan
beberapa masalah yang dapat dikaji pada BAB selanjutnya yakni :
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan saya
membuat makalah Reog Ponorogo ini agar para pembaca dapat mengetahui tentang kesenian reog
ponorogo yang berada di Jawa Timur dan setelah membaca dapat menimbulkan rasa
keinginan dan sadar akan budaya lokal yang ada di Indonesia agar di lestarikan
oleh masyrakat dan generasi generasi muda Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN TARI
Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia
yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui
estetika.pengertian tari oleh beberapa ahli yaitu:
1.
Sussanne K. Langer menyatakan, tari adalah
gerak ekspresi manusia yang indah. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke
dalam penghayatan ritme tertentu.
2.
Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi
jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak
sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta
(Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan
bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap
yang disamarkan.
3.
La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis
dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.
4.
Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa
manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah
5.
M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34)
dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik
adalah tari
6.
Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari
bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama. Hal ini seperti
terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik
atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari
(Soeryodiningrat: 1986, 21).
7.
CurtSach bahwa tari merupakan gerak yang ritmis
(CurtSach: 1978, 4).
Dalam konteksnya, beberapa unsur gerak tari
yang tampak meliputi gerak, ritme, dan bunyi musik, serta unsur pendukung
lainnya.John Martin dalam The Modern Dance, menyatakan bahwa, tari adalah gerak
sebagai pengalaman yang paling awal kehidupan manusia.Tari menjadi bentuk
pengalaman gerak yang paling awal bagi kehidupan manusia.
Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah
gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan
tenaga.
Tari juga bisa dikatakan sebagai ungkapan
ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dibentuk media gerak
sehingga menjadi wujud gerak simbolis sebagai ungkapan koreografer.Sebagai
bentuk latihan-latihan, tari digunakan untuk mengembangkan kepekaan gerak,
rasa, dan irama seseorang.Oleh sebab itu, tari dapat memperhalus pekerti
manusia yang mempelajarinya.
B.
PENGERTIAN REOG PONOROGO
Reog adalah sebuah
kesenian budaya berbentuk teater yang dilakukan oleh sekelompok pemain drama
tari dengan berbagai karakter dan perwatakan pelaku dengan menggunakan topeng
yang besar, kesenian Reog ini berasal dari daerah Jawa Tawa timur bagian
barat – laut dan kabupaten Ponorogo dianggap sebagai kota asal kesenian Reog
yang sebenarnya. Reog adalah salah satu budaya daerah
di Indonesia yang masih sangat kental akan bau mistik dan ilmu – ilmu
kebatinan nya.
Pada zaman modern
sekarang ini Reog biasanya dimainkan oleh ± 7 orang pria bertubuh gagah dengan
memakai topeng berwarna merah dengan jambang dan kumis yang panjang dalam
kesenian Reog mereka disebut Warok, lalu ada ± 6 pria yang berpenampilan
seperti perempuan dan masing – masing menunggangi seekor kuda tetapi karena
perubahan zaman akhirnya beberapa paguyuban seni tari dan teater Reog mengganti
penari mereka menjadi seorang wanita asli dalam kesenian Reog mereka sering
disebut dengan Jathilan, sepasang pemgawal raja yang disebut bujang anom, dan
ada seorang raja yang berpenampilan layaknya sebuah pemimpin lalu ada seekor
singa yang bernama singo barong yang ditunggangi seekor merak yang disebut
Singo Barong dan disini keunikan dari Reog yaitu Singo Barong yang memiliki
berat 50 – 60 kg hanya di bawakan dan ditarikan menggunakan gigi dan hanya bisa
dilakukan oleh orang yang sudah terlatih.
C.
SEJARAH REOG PONOROGO
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer
yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah
satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng
Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir
yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari
pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun
melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan
sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela
diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak
muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak.
Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan
politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan
“sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi
cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan
kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng
berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singa Barong”, raja hutan, yang
menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak
hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan
Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan
oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol
kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan
kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol
untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang
mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya .
Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya
menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya,
pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk
melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap
melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri
masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer
diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana
ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono
Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini
adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi
Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari
Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari
pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok
(pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu
hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan
Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para
penari dalam keadaan ‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti
apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat
kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang
terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan
terjaga.Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang
awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas.mereka menganut
garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah
Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari
gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia,
Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi
Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila
sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah
Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam
tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma
adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha
Kuasa.Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas
pada kesenian Reog Ponorogo.
Adapun beberapa versi mengenai sejarah Reog
sebagai berikut :
1. KERAJAAN
BANTARANGIN
Diceritakan bahwa Raja Bantar Angin yang bergelar Prabu
Kelana Sewandana jatuh cinta kepada putri dari kerajaan Kediri yang bernama
Dyah Ayu Dewi Songgolangit. Oleh sebab api cinta yang tidak bisa dipadamkan,
maka Prabu Kelana Sewandana kemudian mengutus Patihnya yaitu Pujonggo Anom atau
yang lebih dikenal dengan Bujang Ganong untuk melamar Dyah Ayu Dewi
Songgolangit. Dalam perjalanan menuju ke kerajaan Kediri, Bujang Ganong
dihadang oleh Singo Barong (seorang raja dari segala harimau yang menjaga tapal
batas kerajaan Kediri). Singo Barong mempunyai bentuk tubuh yang tidak lazim
yaitu orang yang berbadan manusia tetapi berkepala Harimau. Prabu Singo Barong
mendapat perintah dari Raja Kediri untuk memeriksa atau melarang siapapun tanpa
seijin sang Raja masuk ke wilayah kerajaan Kediri.
Perjalanan Bujang Ganong terpaksa berhenti di perbatasan
kerajaan Kediri karena dihadang oleh Singo Barong. Perang mulut antara keduanya
sulit dihindari sehingga memuncak menjadi perang fisik. Karena kesaktian dan
keperkasaan Singo Barong, Patih Bujang Ganong dapat dikalahkan dan bertekuk
lutut dikaki Singo Barong. Kemudian Singo Barong menyuruh Bujang Ganong pulang
ke kerajaan Bantar Angin dan melaporkan kekalahannya.
Sesampainya di kerajaan Bantar Angin, Bujang Ganong langsung
menghadap Prabu Kelana Sewandana. Mendengar kekalahan dan ketidak berhasilan
utusannya, beliau langsung marah dan memerintahkan Bujang Ganong untuk
mengerahkan segala kekuatan bala tentaranya untuk menyerang Singo Barong dan
kerajaan Kediri. Prabu Kelana Sewandana akan menghancurkan Kediri apabila Dyah
Ayu Dewi Songgolangit menolak lamarannya. Dalam perjalananya, Prabu Kelana
Sewandana diiringi suara bended an Gong yang riuh sekali dengan maksud untuk
memberi semangat kepada prajuritnya. Seperti perjalanan sebelumnya, setelah
sampai di tapal batas kerajaan Kediri, pasukan Bantar Angin dihadang oleh Singo
Barong dan bala tentaranya. Akhirnya perangpun terjadi dengan dahsyatnya.
Ternyata kekuatan dan kesaktian bala tentara Singo Barong sangat sulit
dikalahkan oleh prajurit Bantar Angin, sehingga Prabu Kelana Sewandana harus
turun tangan sendiri.
Adu kesaktian antara Prabu Kelana Sewandana dan Singo Barong berlangsung seru dan mengagumkan. Keduanya sangat sakti mandraguna dan saling serang. Prabu Kelana Sewandana sangat terpaksa mengeluarkan pusaka andalannya yaitu Cemethi Samandiman. Dengan sekali cambuk Singo barong langsung lumpuh kehilangan kekuatannya. Singo Barong menyatakan dan mengakui kekalahannya dan takhluk kepada Prabu Kelana Sewandana. Prabu Kelana Sewandana tidak keberatan menerima takhlukan Singo Barong asalkan mau menunjukkan jalan menuju ke Kerajaan Kediri dan membantu mewujudkan cita – cita Prabu Kelana Sewandana. Dua pasukan itu bergabung di bawah pimpinan Singo barong dan Bujang Ganong menuju kerajaan Kediri. Tanpa perlawanan yang berarti, pasukan kerajaan Kediri dapat dikalahkan oleh Pasukan Prabu Kelana Sewandana. Akhirnya Prabu Kelana Sewandana berhasil mempersunting Putri Kediri Dyah Ayu Dewi Songgolangit.
Untuk memperingati perjalanan dan kemenangan Prabu Kelana Sewandana ini diciptakanlah suatu kesenian yang dikenal dengan REOG.
Adu kesaktian antara Prabu Kelana Sewandana dan Singo Barong berlangsung seru dan mengagumkan. Keduanya sangat sakti mandraguna dan saling serang. Prabu Kelana Sewandana sangat terpaksa mengeluarkan pusaka andalannya yaitu Cemethi Samandiman. Dengan sekali cambuk Singo barong langsung lumpuh kehilangan kekuatannya. Singo Barong menyatakan dan mengakui kekalahannya dan takhluk kepada Prabu Kelana Sewandana. Prabu Kelana Sewandana tidak keberatan menerima takhlukan Singo Barong asalkan mau menunjukkan jalan menuju ke Kerajaan Kediri dan membantu mewujudkan cita – cita Prabu Kelana Sewandana. Dua pasukan itu bergabung di bawah pimpinan Singo barong dan Bujang Ganong menuju kerajaan Kediri. Tanpa perlawanan yang berarti, pasukan kerajaan Kediri dapat dikalahkan oleh Pasukan Prabu Kelana Sewandana. Akhirnya Prabu Kelana Sewandana berhasil mempersunting Putri Kediri Dyah Ayu Dewi Songgolangit.
Untuk memperingati perjalanan dan kemenangan Prabu Kelana Sewandana ini diciptakanlah suatu kesenian yang dikenal dengan REOG.
2. VERSI KI AGENG KUTU
Legenda kesenian reog ini merupakan sindiran atau satire
sekaligus mempunyai makna simbolis yang timbul pada masa Raja Bre Kertabumi
yaitu raja terakhir kerajaan Majapahit. Hal ini berawal dari menyingkirnya
penasehat kerajaan yang bernama Ki Ageng Ketut Suryo Alam dari Istana Kerajaan
Majapahit. Ki Ageng Ketut Suryo Alam menganggap Prabu Bre Kertabumi telah
menyimpang dari tatanan moral kerajaan. Penyimpangan moral inilah yang dinilai
awal dari kehancuran Majapahit, dimana kebijakan politik Majapahit waktu itu
banyak dipengaruhi oleh permaisuri sehingga banyak kebijakan, peraturan Raja
yang tidak benar. Ki Ageng Ketut Suryo Alam menyingkir ke suatu daerah di
selatan, yang bernama Kutu. Suatu desa kecil yang masuk wilayah Wengker.
Kemudian Ki Ageng Ketut Suryo Alam mendirikan sebuah
padepokan yang mengajarkan sikap seorang prajurit dan kesatria yang gagah dan
perkasa. Seorang prajurit harus taat kepada kerajaan dan sakti. Untuk menempuh
tujuan tersebut Ki Ageng Ketut Suryo Alam atau lebih dikenal sebagai Ki Ageng
Kutu atau Ki Demang Kutu melarang muridnya berhubungan dengan wanita (wadat).
Menurut kepercayaanya, barang siapa melanggar ajaran tersebut, kekuatan atau
kesaktinnya akan berkurang, bahkan hilang sama sekali. Untuk itulah muridnya
harus tinggal di padepokannya. Kepemimpinan dan padepokan Ki Ageng Kutu cepat
menyebar dan popular ke beberapa daerah lainnya.
Di dalam padepokan tersebut, Ki Ageng Kutu merenung dan
berfikir, bagaimana strategi untuk melawan Majapahit yang dianggapnya
meyimpang. Dalam perenungannya muncul pendapat bahwa peperangan bukanlah cara
yang terbaik untuk menyelesaikan masalah, sehingga diciptakanlah sebuah
perlawanan secara psikologis dengan membuat kritikan lewat media kesenian.
Sebuah drama tari yang menggambarkan keadaan kerajaan Majapahit, dan oleh Ki
Ageng Kutu disebut REOG.
Ki Ageng Kutu sebagai tokoh warok yang dikelilingi oleh para
murid – muridnya menggambarkan fungsi dan peranan sesepuh masih tetap
diperlukan dan harus diperhatikan.
Pelaku dalam Drama tari tersebut adalah Singo Barong yang mengenakan bulu merak di atas kepalanya menunjukkan kecongkakan atau kesombongan sang Raja, yang selalu diganggu kecantikan permaisurinya dalam menentukan kebijakan kerajaan.
Pelaku dalam Drama tari tersebut adalah Singo Barong yang mengenakan bulu merak di atas kepalanya menunjukkan kecongkakan atau kesombongan sang Raja, yang selalu diganggu kecantikan permaisurinya dalam menentukan kebijakan kerajaan.
Penari kuda atau Jathilan yang diperankan oleh seorang laki
– laki yang lemah gemulai dan berdandan seperti wanita menggambarkan hilangnya
sifat keprajuritan kerajaan Majapahit. Tarian penunggang kuda yang aneh
menggambarkan ketidakjelasan peranan prajurit kerajaan, ketidak disiplinan
prajurit terhadap rajanya, namun raja berusaha mengembalikan kewibawaannya kepada
rakyat yang digambarkan dengan penari kuda (Jathilan) berputar – putarnya
mengelilingi Sang Raja.
Seorang pujangga kerajaan digambarkan oleh Bujang Ganong
yang memili wajah berwarna merah, mata melotot dan berhidung panjang
menggambarkan orang bijaksana, bernalar panjang tetapi tidak digubris oleh Raja
sehingga harus menyingkir dari kerajaan.
Setelah Ki Ageng Kutu meninggal, kesenian ini diteruskan oleh Ki Ageng Mirah pada masa Bathoro Katong (Bupati pertama Ponorogo) hingga sekarang. Oleh Ki Ageng Mirah cerita yang berlata belakang sindiran tersebut digantikan dengan cerita Panji. Kemudian dimasukkan tokoh – tokoh panji seperti Prabu Kelana Sewandana, Dewi Songgolangit yang menggambarkan peperangan antara kerajaan Kediri dan Bantar Angin.
Setelah Ki Ageng Kutu meninggal, kesenian ini diteruskan oleh Ki Ageng Mirah pada masa Bathoro Katong (Bupati pertama Ponorogo) hingga sekarang. Oleh Ki Ageng Mirah cerita yang berlata belakang sindiran tersebut digantikan dengan cerita Panji. Kemudian dimasukkan tokoh – tokoh panji seperti Prabu Kelana Sewandana, Dewi Songgolangit yang menggambarkan peperangan antara kerajaan Kediri dan Bantar Angin.
3. VERSI BATORO KATONG
Versi lain yang disebutkan dalam buku Pedoman Dasar Kesenian
Reyog Ponorogo Dalam Pentas Budaya Bangsa, yang diterbitkan pada 1 Agustus
1993, pada era Bupati Gatot Sumani, menyebutkan reog Ponorogo yang semula
disebut Barongan merupakan sindiran dari Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam
terhadap Prabu Brawijaya V sebagai pemimpin Majapahit saat itu, yang belum
melaksanakan tugas kerajaan secara tertib, adil, dan mamadai karena dipengaruhi
dan dikendalikan oleh permaisurinya.
Berawal dari cerita inilah asal usul reog Ponorogo dalam
wujud seperangkat merak dan jathilan sebagai manifestasi sindiran kepada Raja
Majapahit. Raja dikiaskan sebagai harimau yang ditunggangi oleh merak sebagai
lambang permaisuri ( yang menguasai suami ).
Kesenian Reog terus berkembang menjadi media komunikasi dengan masyarakat. Pada masa pemerintahan Batoro Katong dan Ki Ageng Mirah sebagai pendamping setia Batoro Katong, kesenian reog terus dilestarikan. Dengan daya cipta dan rekayasa yang tepat, Ki Ageng Mirah membuat cerita legendaris yaitu cerita tentang raja Bantarangin, Prabu Kelono Sewandono yang sedang kasmaran. Hasil daya cipta Ki Ageng Mirah ini berkembang di masyarakat Ponorogo dan diyakini hingga kini bahwa cerita itu benar-benar terjadi. Bahkan diyakini pula, bekas kerajaan Bantarangin masih tetap ada di wilayah Somoroto, Kauman.
Oleh Batoro Katong, kesenian reog ini juga digunakan sebagai media dakwah. Menurutnya kata ”Reyog” berasal dari kata ”Riyoqun” yang berarti Khusnul Khotimah. Demikian pula instrumen reog juga diberi nama yang bermakna untuk tujuan dakwah.
Kesenian Reog terus berkembang menjadi media komunikasi dengan masyarakat. Pada masa pemerintahan Batoro Katong dan Ki Ageng Mirah sebagai pendamping setia Batoro Katong, kesenian reog terus dilestarikan. Dengan daya cipta dan rekayasa yang tepat, Ki Ageng Mirah membuat cerita legendaris yaitu cerita tentang raja Bantarangin, Prabu Kelono Sewandono yang sedang kasmaran. Hasil daya cipta Ki Ageng Mirah ini berkembang di masyarakat Ponorogo dan diyakini hingga kini bahwa cerita itu benar-benar terjadi. Bahkan diyakini pula, bekas kerajaan Bantarangin masih tetap ada di wilayah Somoroto, Kauman.
Oleh Batoro Katong, kesenian reog ini juga digunakan sebagai media dakwah. Menurutnya kata ”Reyog” berasal dari kata ”Riyoqun” yang berarti Khusnul Khotimah. Demikian pula instrumen reog juga diberi nama yang bermakna untuk tujuan dakwah.
4. VERSI
CERITA MAJAPAHIT
Akibat dari Kekacauan di Pusat Pemerintahan Majapahit dan
ketidakpuasan Para Punggawa Kerajaan, salah satu Punggawa menyingkir dari Pusat
Kerajaan. Hal ini dikarenakan Raja Brawijaya lebih memperhatikan istri
China-nya(Putri Cempa) dan mengabaikan pendapat dari Penasehat atau Punggawa
Kerajaan. Punggawa ini menyingkir ke wilayah pinggir dari Kerajaan Wengker
(Ponorogo). Wengker adalah Kerajaan Bawahan Majapahit dan tidak Logis jika
Punggawa ini menyingkir ke Pusat Pemerintahan Wengker (Ponorogo sekarang). Dari
bentuk Candi Brongkah yang ditemukan di Brongkah sebelah barat kecamatan
Durenan Kabupaten Trenggalek, menurut penulis Candi Brongkah adalah Batas
Wilayah Kerajaan Wengker dan Kediri. Jika pendapat penulis ini benar, artinya
Wilayah Pinggir dari Kerajaan Wengker meliputi 12 Kecamatan di Wilayah
Kabupaten Trenggalek karena dari situs yang ditemukan di Ponorogo, Pusat
Kerajan Wengker ada di Wilayah Kabupaten Ponorogo sekarang.
Dan wilayah yang sejak dahulu menjadi tempat pelarian Para
Punggawa Kerajaan, Raja, Perampok dan tempat Pertapaan adalah Wilayah Kecamatan
Kampak Trenggalek. Kenapa Kampak, karena wilayah ini terlindung oleh gugusan
bukit-bukit kecil yang mengelilinginya sehingga aman untuk tempat perlindungan.
Punggawa ini tidak puas dengan Raja dan ingin memberontak. Namun apa daya,
kekuatan prajurit Majapahit jauh melebihi kekuatan pengikut Punggawa ini.
Akhirnya muncul ide menciptakan kesenian untuk mengkritisi Raja Brawijaya. Sesuai
Karakter Orang Jawa, mengkritik tidak mau secara langsung pada sasaran karena
jika salah perhitungan akan mati konyol maka digambarkan dengan lambang atau
gambaran. Muncullah penggambaran Kepala Singa/Macan dan diatasnya Burung Merak
adalah Raja Brawijaya yang ditunggangi atau dikendalikan istri China-nya Putri
Cempa. Para laki-laki yang berhias seperti perempuan dengan kuda lumping adalah
penggambaran Prajurit Majapahit yang telah Loyo dan jatuh mentalnya seperti
Prajurit Perempuan menunggang kuda dan menari-nari mengikuti titah Raja yang
tak lagi berwibawa. Bujang Ganong adalah penggambaran dari Pujangga sendiri
yang selalu menggoda Raja atau Barongan Merak dan menari-nari dengan lincahnya.
Dari sinilah kesenian Reog Ponorogo muncul dan menyebar ke seluruh Kerajaan
Wengker menjadi kesenian rakyat dan terus berkembang sampai sekarang.
Sedang budaya Warog sendiri menurut penulis adalah
Pendeta-pendeta Suci atau orang-orang Sufi dalam Islam yang mengawal Si
Punggawa. Para Pendeta atau Warog ini tidak menikah dan jika menginginkan
perempuan, maka dia mencari laki-laki muda yang didandani wanita untuk
dijadikan kesenangan/Gemblak agar terhindar dari perbuatan zina. Para Gemblak
ini dipelihara layaknya istri dan dimanja sampai Si Warog sudah tak membutuhkan
lagi.
D.
Tokoh-Tokoh Dalam Seni Reog
a.
Jathilan (Depan)
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan
salah satu tokoh dalam seni Reog.Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan
ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda.Tarian ini dibawakan
oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling
berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda
ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.
Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh
laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik.
Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin.
Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta
untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para
penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan
pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini
didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku
(lugu) dan irama ngracik.
b.
Warok
Warok" yang berasal dari kata wewarah
adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan
tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan
wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk
atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.Warok iku wong
kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah
orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan
batin).\
Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa
masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan
oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari
kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit
kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu
baik lahir maupun batin.
1)
Syarat menjadi Warok
Warok harus menjalankan laku.“Syaratnya, tubuh
harus bersih karena akan diisi.Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu,
menahan lapar dan haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan.Persyaratan
lainnya, seorang calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5
meter, tikar pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan
ditempa dengan berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan
menguasai ilmu tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia
memperoleh senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna
putih, senjata andalan para warok. Warok sejati pada masa sekarang hanya
menjadi legenda yang tersisa.Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu
masih ada yang memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai
seseorang yang dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah
selalu meminta restunya.
2)
Gemblakan
Selain segala persyaratan yang harus dijalani
oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan. Dahulu
warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15
tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang
kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah
tradisi yang telah berakar kuat pada komunitas seniman reog.Bagi seorang warok
hal tersebut adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat.
Konon sesama warok pernah beradu kesaktian
untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam
meminjam gemblak.Biaya yang dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak
murah.Bila gemblak bersekolah maka warok yang memeliharanya harus membiayai
keperluan sekolahnya di samping memberinya makan dan tempat tinggal.Sedangkan
jika gemblak tidak bersekolah maka setiap tahun warok memberikannya seekor
sapi.Dalam tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa
diperoleh bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan.
Hal itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang guru
untuk memperoleh kesaktian.
Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak
dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya.Selain itu ada kepercayaan kuat
di kalangan warok, hubungan intim dengan perempuan biarpun dengan istri
sendiri, bisa melunturkan seluruh kesaktian warok.Saling mengasihi, menyayangi
dan berusaha menyenangkan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak
dan waroknya.
Praktik gemblakan di kalangan warok,
diidentifikasi sebagai praktik homoseksual karena warok tak boleh mengumbar
hawa nafsu kepada perempuan.
Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam
hubungannya dengan gemblakan.Di masa sekarang gemblak sulit ditemui.Tradisi
memelihara gemblak, kini semakin luntur.
Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai
penari jatilan (kuda lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri.
Padahal dahulu kesenian ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.
c.
Barongan (Dadak
merak)
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari
yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain;
Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup
dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan
rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang
mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih).Krakap
terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris
dan tempat menuliskan identitas group reog. [4] Dadak merak ini berukuran
panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50
kilogram.
d.
Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang
raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat
ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang
tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut
digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam
gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono
berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti
permintaan Putri (kekasihnya).
Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara
maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.
e.
Bujang Ganong
(Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga
Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian
dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu -
tunggu oleh penonton khususnya anak - anak.Bujang Ganong menggambarkan sosok
seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
E.
Pementasan Reog Ponorogo
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa
peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional.Seni Reog
Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan.Tarian
pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba
hitam, dengan muka dipoles warna merah.Para penari ini menggambarkan sosok
singa yang pemberani.Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis
yang menaiki kuda.Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh
penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran
kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping.
Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang
membawakan adegan lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru
ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog
ditampilkan.Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah
adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita
pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti
skenario yang tersusun rapi.Disini selalu ada interaksi antara pemain dan
dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton.
Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain
bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni
reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku
memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu
burung merak.Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg.Topeng yang berat ini
dibawa oleh penarinya dengan gigi.Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain
diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan
spiritual seperti puasa dan tapa.
1.
Alur
Pertunjukan
Tari Reog modern sering dipentaskan dalam acara
pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional.Seni Reog Ponorogo terdiri
dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan.Tarian pertama biasanya
dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka
dipoles warna merah.Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani.
Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh
6-8 gadis yang menaiki kuda.Pada reog tradisionil, penari ini biasanya
diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan
tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda
lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak
kecil yang membawakan adegan lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru
ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog
ditampilkan.Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah
adegan percintaan.Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita
pendekar.Adegan dalam seni reog tidak ada skenario karena selalu terjadi
interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan
kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas
dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih
dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada
penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana
pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari
bulu burung merak.Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg.Topeng yang berat ini
dibawa oleh penarinya dengan gigi.Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain
diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan
spiritual seperti puasa dan tapa.
2.
Musik Pengirig Reog Ponorogo
Musik pengiring ini di bagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok penyanyi yang terdiri dari dua penyanyi yang menyanyi
lagu daerah seperti Jathilan Jonorogo apabila diadakan di kabupaten Ponorogo
dan apabila di Surabaya para aguyuban reog di Surabaya sering menggantinya
dengan Semanggi Surabaya atau Jembatan Merah yang merupakan lagu khas Surabaya
dengan bahasa jawa lalu kelompok instrument gamelan memiliki anggota sekitar 9
orang yang terdiri dari:
·
orang penabuh gendang
·
1 orang penabuh ketipung atu gendang terusan.
·
orang peniup slompret
·
2 orang penabuh kenong
·
1 orang penabuh gong
·
2 orang pemain angklung
Salah satu ciri khas dari tabuhan reog adalah
bentuk perpaduan irama yang berlainan antara kethuk kenong dan gong yang
berirama selendro dengan bunyi slompret yang berirama pelog sehingga
menghasilkan irama yang terkesan magis.
3.
Alat Musik Yang
Mengiringi Reog Ponorogo
a)
Alat musik dalam gamelan reog berjumlah 9 buah.
b)
orang penabuh gendang dimainkan dengan dipukul
dan terbuat dari kayu dan kulit sapi
c)
1 orang penabuh ketipung atu gendang terusan.
dimainkan dengan dipukul dan terbuat dari kayu, alumunium dan kulit sapi
d)
orang peniup slompret dimainkan dengan ditiup
dan terbuat dari bambu 2 orang penabuh kenong dimainkan dengan dipukul dengan
menggunakan alat dan terbuat dari logam dan kayu
e)
1 orang penabuh gong dimainkan dengan dipukul
dengan alat dan terbuat dari logam dan kayu
f)
orang pemain angklung dimainkan dengan digoyang
dan terbuat dari bamboo
4.
Lagu Daerah
Yang Mengiringi Reog Ponorogo
Judul nyanyian yang digunakan tergantung tempat
di tampilkan seperti Semanggi Suroboyo atau Jathilan Ponorogo
a)
Nyanyian yang dinyanyikan menggunakan bahasa
daerah yaitu bahasa jawa.
b)
Nyanyian di reog ini dinyanyikan selama ± 20
menit
5.
Reog di Masa
Sekarang
Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah
seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa
sekolah seni memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan
koreografis, maka jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti
sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu
Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau
Dadak Merak di bagian akhir.
Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur
lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol. Beberapa tahun yang lalu
Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang
anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang
pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat
terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya.
F.
Kontroversi
Tarian Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia
dinamakan Tari Barongan. Deskripsi akan tarian ini ditampilkan dalam situs
resmi Kementrian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia. Tarian ini juga
menggunakan topeng dadak merak, topeng berkepala harimau yang di atasnya
terdapat bulu-bulu merak, yang merupakan asli buatan pengrajin Ponorogo .
Permasalahan lainnya yang timbul adalah ketika ditarikan, pada reog ini
ditempelkan tulisan “Malaysia” dan diaku menjadi warisan Melayu dari Batu Pahat
Johor dan Selangor Malaysia – dan hal ini sedang diteliti lebih lanjut oleh
pemerintah Indonesia.
Hal ini memicu protes dari berbagai pihak di
Indonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang berkata bahwa hak cipta
kesenian Reog dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan
diketahui langsung oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Ribuan
Seniman Reog pun menggelar demo di depan Kedutaan Malaysia. Berlawanan dengan
foto yang dicantumkan di situs kebudayaan, dimana dadak merak dari versi Reog
Ponorogo ditarikan dengan tulisan “Malaysia” , Duta Besar Malaysia untuk
Indonesia Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain pada akhir November 2007 kemudian
menyatakan bahwa “Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo
sebagai budaya asli negara itu. Reog yang disebut “barongan” di Malaysia dapat
dijumpai di Johor dan Selangor karena dibawa oleh rakyat Jawa yang merantau ke
negeri jiran tersebut.
G.
Fungsi Tari
Peranan seni tari untuk dapat memenuhi
kebutuhan manusia adalah dengan melalui stimulan individu, social dan
komunikasi.
Oleh karena itu tari dapat berperan sebagai
pemujaan, sarana komunikasi, dan pernyataan batin manusia dalam kaitannya
dengan ekspresi kehendak. Secara garis besar fungsi tari ada 4 antara lain :
1.
tari sebagai
upacara
fungsi tari sebagai sarana upacara merupakan
bagian dari tradisi yang ada dalam suatu kehidupan masyarakat yang sifatnya
turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya sampai masa kini yang
berfungsi sebagai ritual.
2.
Tari sebagai
sarana hiburan
Salah satu bentuk penciptaan tari ditujukan
hanya untuk di tonton.Tari ini memiliki tujuan hiburan pribadi lebih
mementingkan kenikmatan dalam menarikan.
3.
Tari sebagai
sarana pertunjukkan
Tari pertunjukkan adalah bentuk momunikasi
sehingga ada penyampai pesan dan penerima pesan.Tari ini lebih mementingkan
bentuk estetika dari pada tujuannya. Tarian ini lebih digarap sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat
4.
Tari sebagai
sarana pendidikan
Tari yang digunakan untuk sarana pendidikan
dengan mengajarkan di sekolah – sekolah formal.
H.
Prestasi Reog di Dunia Seni
1.
Tahun 1973
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) di Paris.
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) di Paris.
2.
Tahun 1973
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) di Noumea-New Calidonea.
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) di Noumea-New Calidonea.
3.
Tahun 1973
Prestasi : JUARA II TINGKAT DUNIA
Mewakili Bangsa Indonesia dalam rangka Festival Kesenian Tingkat Dunia di Tahiti.
Prestasi : JUARA II TINGKAT DUNIA
Mewakili Bangsa Indonesia dalam rangka Festival Kesenian Tingkat Dunia di Tahiti.
4.
Tahun 1988
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '88 di Brisbane-Australia.
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '88 di Brisbane-Australia.
5. Tahun
1992
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '92 di Sevilla-Spanyol.
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '92 di Sevilla-Spanyol.
6. Tahun
1992
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '92 di Perth-Australia.
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '92 di Perth-Australia.
7. Tahun
1994
Dalam rangka HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Kuala Lumpur - Malaysia.
Dalam rangka HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Kuala Lumpur - Malaysia.
8. Tahun
1995
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia di London - Inggris.
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia di London - Inggris.
9. Tahun
1996
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia di Bangkok - Thailand.
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia di Bangkok - Thailand.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang
berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota
asal Reog yang sebenarnya.
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer
yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah
satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng
Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir
yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari
pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun
melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan
sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela
diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak
muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak.
Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk
melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui
pertunjukan seni Reog, yang merupakan “sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan
kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat
lokal menggunakan kepopuleran Reog.
B.
Saran
Sebagai
masyrakat dan generasi muda Indonesia kita harus menjaga dan melestarikan
peninggalan budaya Indonesia dan jangan malu buat belajar dan mempromosikan ke
dunia internasional agar Negara tetangga tau bahwa ini laah budaya Indonesia
ini laah yang di miliki Indonesia dan tidak di klaim oleh bangsa asing salah
satu nya yang saya bahas ini yaitu reog ponorogo yang di klaim Malaysia.
Padahal jelas reog ponorogo merupakan asli dari budaya Indonesia, jadi sebagai
masyrakat dan generasi muda Indonesia kita harus mau mempelajari dan
mempertahankan budaya negri sendiri jangan sudah di klaim baru berteriak teriak
bahwa itu punya Indonesia, kalau bukan kita generasi muda siapa lagi yang
tergerak hati nya untuk mempertahankan budaya Indonesia kita ini.