MAKALAH
MUSIK TRADISIONAL SULAWESI ( KOLINTANG )
Disusun untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Pelajaran Seni Budaya
Disusun
Oleh :
Hasan Albana
Kelas
XII IPA 2
SMA MUHAMMADIYAH PANGANDARAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah Seni Budaya ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada pihak yang telah membantu.
Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kesenian
Daerah Khususnya kesenian Kolintang. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun
ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Banjar, September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan
masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 1
D.
Manfaat..................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri Musik Kolintang........................................................................... 3
B.
Fungsi Musik
Tradisional Kolintang........................................................ 4
C.
Jenis-Jenis
Alat Musik Kolintang Dan Cara Memainkanya..................... 7
D.
Jumlah
Pemain pada Kesenian Kolintang................................................. 13
E. Lama
Penyajian Musik Kolintang............................................................. 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................................... 14
Daftar Pustaka.................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolintang atau kulintang adalah alat
musik khas daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Kolintang dibuat dari kayu lokal
yang ringan namun kuat seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka,
dan yang mempunyai konstruksi fiber paralel.kolintang juga mengandung
nilai-nilai religious yaitu menjadi salah satu penyebab masuknya agama Kristen
di minahasa sampai sekarang . Beberapa group terkenal seperti Kadoodan,
Tamporok, Mawenang yang sudah eksis lebih dari 35 tahun.Pembuat kolintang
tersebar di Minahasa dan di pulau Jawa,salah satu pembuat kolintang yang terkenal
Petrus Kaseke.
B.
Rumusan
masalah
1.
Bagaimana
ciri-ciri musik Kolintang?
2.
Bagaimana
fungsi musik Kolintang?
3.
Apa
saja instrument musik Kolintang dan bagaimana cara memainkannya?
4.
Berapa
jumlah pemain pada musik kolintang?
5.
Berapa
lama durasi penyajian musik Kolintang?
C. Tujuan
Kami membuat makalah ini dengan
tujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran SENI BUDAYA dan untuk belajar
tentang MUSIK TRADISIONAL KOLINTANG.
D. Manfaat
- Untuk mengetahui cirri-ciri musik kolintang
- Untuk menambah pengetahuan tentang fungsi musik kolintang
- Untuk mengetahui jenis-jenis instrument kolintang dan cara memainkannya.
- Mengetahui Jumlah pemain kolintang
- Mengetahui durasi penyajian musik kolintang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri
Musik Kolintang
Kolintang merupakan alat musik khas
dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu yang jika
dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai
nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik
atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya
tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).
Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah),
Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa
untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting
Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan
itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.
Pada mulanya kolintang hanya terdiri
dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya
dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan
berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau
kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan
penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa
(th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh
rombongannya. Adapun pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan
tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan
dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama
kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang
sama sekali selama ± 100th.
Sesudah Perang Dunia II, barulah
kolintang muncul kembali yang dipelopori oleh Nelwan Katuuk (seorang yang
menyusun nada kolintang menurut susunan nada musik universal). Pada mulanya
hanya terdiri dari satu Melody dengan susunan nada diatonis, dengan jarak nada
2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat "string" seperti
gitar, ukulele dan stringbas.
Tahun 1954 kolintang sudah dibuat 2
½ oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah mencapai 3 ½ oktaf dengan nada
1 kruis, naturel, dan 1 mol. Dasar nada masih terbatas pada tiga kunci
(Naturel, 1 mol, dan 1 kruis) dengan jarak nada 4 ½ oktaf dari F s./d. C. Dan
pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas alat, perluasan
jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara), maupun penampilan.
Saat ini Kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 (enam) oktaf dengan chromatisch
penuh.
B. Fungsi
Musik Tradisional Kolintang
1. Sarana
upacara budaya (ritual)
Musik di Indonesia, biasanya berkaitan
erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara
keagamaan dan kenegaraan. Bunyi-bunyian dan nada-nada yang dihasilkan sangat
memungkinkan untuk mendukung upacara budaya ( Ritual). Di beberapa daerah,
bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki
kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana
kegiatan adat masyarakat. Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa
musik tradisional dapat berfungsi sebagai sarana dalam suatu upacara budaya
(Ritual).
2. Sarana Hiburan
Dalam hal ini, musik merupakan salah
satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai
sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya masyarakat
Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan
musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondong mendatangi tempat
pertunjukan untuk menonton.
Pada jaman dahulu, pada masa
kerajaan memerintah di daerah-daerah di Indonesia, setiap ada tamu kerajaan
yang datang maka akan disambut oleh iringan-iringan musik tradisional sebagai
upacara penyambutan dan sebagai sarana penghibur bagi para tamu kerajaan untuk
melepas lelah.
3. Sarana Ekspresi Diri
Bagi para seniman musik (baik
pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media untuk mengekspresikan
diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui
musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita
tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.
4. Sarana Komunikasi
Di beberapa tempat di Indonesia,
bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok
masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme tertentu, dan
menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan.
Alat yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di
masjid, dan lonceng di gereja.
Pada jaman dahulu, musik digunakan
sebagai sarana komunikasi antara jenderal dan prajuritnya dalam peperangan, hal
ini terlihat dari genderang yang mereka bawa pada saat peperangan. Bunyi dan
ritme genderang disini bermacam-macam sesuai dengan perintah yang diberikan
sang jenderal kepada penabuh genderang, ada ritme untuk menyerang, ada ritme
untuk bertahan, dan ada pula ritme untuk mundur. Dari penjelasan di atas jelas
sekali bahwa musik dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi.
5. Pengiring Tarian
Musik dan tarian masing-masing mempunyai pola dan ritme yang
saling berhubungan, suatu tarian tanpa diiringi irama musik maka akan terasa
hampa (kosong) dan menyulitkan bagi sang penari karena mereka tidak mempunyai
gambaran ritme dan tempo yang akan mereka gunakan untuk menuntun mereka dalam
menari.
Di berbagai daerah di Indonesia,
bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian-
tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisa
diiringi oleh musik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik- musik pop
dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa,
poco- poco, dan sebagainya.
6. Sarana Ekonomi
Bagi para musisi dan artis
professional, musik adalah sarana penghidupan ekonomi mereka. Mereka dihargai
lewat karya (lagu) yang mereka buat dan yang mereka mainkan. Semakin bagus dan
semakin populernya suatu karya seni musik maka akan semakin tinggi penghargaan
yang diberikan baik penghargaan dalam bentuk materiil maupun moral.
Dalam dunia industri musik, para
musisi yang bekerja sama dengan industri rekaman, mereka akan merekam hasil
karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat (Compact Disk/CD) serta
menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini mereka mendapatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam media kaset dan CD.
Para musisi juga melakukan pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak
hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi juga bisa dilakukan di daerah- daerah
lain di Indonesia ataupun di luar Indonesia yang dapat menghasilkan pendapatan
bagi mereka.
7. Sarana Perang
Pada point nomer empat telah
disinggung sedikit bahwa Pada jaman dahulu, musik digunakan sebagai sarana
komunikasi antara jenderal dan prajuritnya dalam peperangan, hal ini terlihat
dari genderang yang mereka bawa pada saat peperangan. Bunyi dan ritme genderang
disini bermacam-macam sesuai dengan perintah yang diberikan sang jenderal
kepada penabuh genderang, ada ritme untuk menyerang, ada ritme untuk bertahan,
dan ada pula ritme untuk mundur. Dari penjelasan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa musik dapat digunakan untuk membantu strategi dalam berperang.
Selain digunakan sebagai strategi dalam berperang, musik
juga dapat membangkitkan semangat juang para prajurit. Dalam setiap kesatuan
militer pasti mempunyai Mars yang selalu mereka nyanyikan untuk meningkatkan
dan membangkitkan semangat dalam peperangan
F.
Jenis-Jenis Alat Musik Kolintang Dan Cara
Memainkanya
Alat musik kolintang termasuk jenis
instrument perkusi yang berasal dari Minahasa Sulawesi Utara. Alat musik itu
disebut kolintang karena apabila di pukul berbunyi : Tong-Ting –Tang.
Pada mulanya kolintang hanya terdiri
dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemain
yang duduk selonjor di lantai.dan dipukul pukul.
Fungsi kaki sebagai tumpuan bilah
bilah kayu(wilahan/tuts) kemudian diganti dua potong batang pisang atau dua
utas tali. Konon penggunaan peti resonator sebagai pengganti batang pisang
mulai di gunakan sesudah Pangeran Diponegoro di buang ke Menado (tahun 1830)
yang membawa serta “gambang” gamelannya.
Dahulunya kolintang hanya terdiri
dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer di atas kedua kaki pemain
yang duduk membujur lurus ke depan di atas tanah. Kemudian kedua kaki pemain
diganti dengan batang pisang atau kadang-kadang diganti dengan tali. Penggunaan
peti resonator mulai diterapkan pada saat Pangeran Diponegoro dibuang ke Manado
tahun 1830, konon peralatan gamelan ikut dibawa rombongan ini.
Pada mulanya kolintang terdiri dari satu melodi dengan
susunan nada diatonis, berjarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai
alat-alat string seperti gitar, ukulele, dan stringbas. Tahun 1954 kolintang
dibuat 2 setengah oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah naik menjadi
tiga setengah oktaf (1 kruis, naturel, dan 1 mol) dan bisa dimainkan 2 orang
pada satu alat. Pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas
alat, perluasan jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara),
maupun penampilan. Saat ini kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 oktaf dengan
chromatisch penuh.
Sebuah kolintang mempunyai 14-21
bilah kayu yang panjangnya sekitar 30-100 cm. Kayu yang lebih pendek
menghasilkan tangga lagu (not) yang tinggi, sebaliknya kayu yang panjang
menghasilkan not yang rendah. Kayunya adalah kayu lokal seperti, kayu telur,
bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi
cukup padat dan serat kayunya disusun agar membentuk garis sejajar). Dalam
perkembangannya saat ini, kayu yang bagus digunakan adalah kayu waru gunung dan
kayu cempaka.
Kolintang sendiri ada 4 tipe, yaitu: soprano, alto, tenor,
dan bas.
Permainan musik kolintang tidaklah
individual. Dibutuhkan minimal 6 orang pemain musik, lebih lengkapnya
dibutuhkan 9 orang. Satu set kolintang terdiri dari: melodi (kolintang 1),
pengiring kecil (banjo kolintang), pengiring menengah (ukulele
kolintang), pengiring besar 1 (gitar kolintang 1), pengiring besar 2 (gitar
kolintang 2), bas kecil (sello kolintang), bas normal (bas kolintang), selain
itu juga dilengkapi kotak dan pemukul serta tutup kolintang.
Perkembangan kolintang tampil
sebagai alat musik tradisional Indonesia di dunia cukup baik. Banyak kelompok
musik yang memainkan kolintang di luar seperti Singapura, Australia, Belanda,
Jerman, Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa negara lainnya. Pemesanan
terhadap kolintang pun banyak berdatangan dari luar seperti Australia, Cina,
Korea Selatan, Hong Kong, dan lain-lain. Permainan musik kolintang banyak
ditampilkan untuk pagelaran-pagelaran seni, pesta pernikahan, upacara
penyambutan, peresmian, pengucapan syukur, dan acara pertandingan. Harmoni dari
berbagai nada terdengar indah dan memukau pendengarnya.
Setiap alat memiliki nama yang lazim
dikenal. Nama atau istilah peralatan Musik kolintang selain menggunakan bahasa
tersebut diatas juga memiliki nama dengan menggunakan bahasa Minahasa, dan
untuk disebut lengkap alat alat tersebut berjumlah 9 buah. Tetapi untuk
kalangan professional, cukup 6 buah alat sudah dapat memainkan secara lengkap.
Kelengkapan alat tersebut sebagai berikut:
B - Bas = Loway C - Cello = Cella T - Tenor 1 = Karua -
Tenor 2 = Karua rua A - Alto 1 = Uner - Alto 2 = Uner rua U - Ukulele = Katelu
M - Melody 1 = Ina esa - Melody 2 = Ina rua - Melody 3 = Ina taweng.
Petrus kaseke menamakan alat alat kolintang berdasarkan karakteristik
suara dan rentang nada:
1.Melody sebagai penentu lagu
2.Alto sebagai pengiring (accompanion) bernada tinggi
3.Tenor sebagai pengiring (accompanion) bernada rendah
4.Cello sebagai penentu irama dan gabungan accompanion
dengan bass
5.Bass sebagai penghasil nada nada rendah.
Alasan pemberian nama diambil dari pengalamannya memimpin
paduan suara dimana suara perempuan yang tinggi dan suara laki laki yang lebih
rendah dibagi menjadi : sopran,alto,tenor dan bass.
Evert van lesar : dari Ikatan
Pelatih Musik Kolintang Jakarta pada tahun 1996 mempopulerkan nama nama alat
kolintang yang menggali dari bahasa daerah di Minahasa seperti:
Melody= Ina taweng artinya “ibu”
Tenor = Karua artinya "kedua”
Alto = katelu artinya “ketiga”
Cello = sella
Bass = loway artinya “anak laki laki yang berbadan besar”
Penamaan alat kolintang versi
lainnya adalah dengan substitusi dari alat musik yang sudah ada.
Tenor = gitar ( dengan wilayah nada yang di tone sepadan
dengan senar gitar terendah dan tertinggi)
Alto = Banjo (ukulele)
MELODY
Fungsi pembawa lagu, dapat disamakan
dengan melody gitar, biola, xylophone, atau vibraphone. Hanya saja dikarenakan
suaranya kurang panjang, maka pada nada yang dinginkan; harus ditahan dengan
cara menggetarkan pemukulnya( rall). Biasanya menggunakan dua pemukul, maka
salah satu melody pokok yang lain kombinasinya sama dengan orang menyanyi duet
atau trio (jika memakai tiga pemukul). Bila ada dua melody, maka dapat
digunakan bersama agar suaranya lebih kuat. Dengan begitu dapat mengimbangi
pengiring (terutama untuk Set Lengkap) atau bisa juga dimainkan dengan cara
memukul nada yang sama tetapi dengan oktaf yang berbeda. Atau salah satu melody
memainkan pokok lagu, yang satunya lagi improvisasi.
CELLO
Bersama melody dapat disamakan
dengan piano, yaitu; tangan kanan pada piano diganti dengan melody, tangan kiki
pada piano diganti dengan cello. Tangan kiri pada cello memegang pemukul no.1
berfungsi sebagai bas, sedangkan tangan kanan berfungsi pengiring (pemukul no.2
dan no.3). Maka dari itu alat ini sering disebut dengan Contra Bas. Jika
dimainkan pada fungsi cello pada orkes keroncong, akan lebih mudah bila memakai
dua pemukul saja. Sebab fungsi pemukul no.2 dan no.3 sudah ada pada tenor
maupun alto.
TENOR I & ALTO I: Keenam buah pemukul dapat disamakan dengan enam senar
gitar.
TENOR II (GITAR) :Sama dengan tenor I, untuk memperkuat pengiring bernada
rendah.
ALTO II & BANJO: Sebagai ukulele dan "cuk" pada orkes keroncong.
ALTO III (UKULELE) : Pada kolintang, alat ini sebagai ‘cimbal’, karena bernada
tinggi. Maka pemukul alto III akan lebih baik jika tidak berkaret asal
dimainkan dengan halus agar tidak menutupi suara melody (lihat petunjuk
pemakaian bass dan melody contra).
BASS
: Alat ini berukuran paling besar dan menghasilkan suara yang paling rendah.
SUSUNAN ALAT
Lengkap (9 pemain) : Melody - Depan tengah Bass -
Belakang kiri Cello - Belakang kanan Alat yang lain tergantung lebar panggung
(2 atau 3 baris) dengan memperhatikan fungsi alat (Tenor & Alto).
NADA NADA DASAR
Nada nada dalam alat kolintang sebagai berikut:
C = 1 3 5 Cm = 1 2 5
D = 2 4 6 Dm = 2 4 6
E = 3 5 7 Em = 3 5 7
F = 4 6 1 Fm = 4 5 1
G = 5 7 2 Gm = 5 6 2
A = 6 1 3 Am = 6 1 3
B = 7 2 4 Bm = 7 2 4
Sedangkan chord lain, yang merupakan pengembangan dari chord
tersebut diatas, seperti C7 = 1 3 5 6, artinya nada do diturunkan 1 nada maka
menjadi le . Sehingga saat membunyikan 3 bilah dan terdengar unsur bunyi nada
ke 7 dalam chord C, maka chord tersebut menjadi chord C7. Demikian pula dengan
chord yang lain.
Cara Memegang Pemukul/ Stick Kolintang
Memegang Pemukul Kolintang, memang
tidak memiliki ketentuan yang baku, tergantung dari kebiasaan dan kenyamanan
tangan terhadap stik. Tetapi umumnya memegang stick kolintang dilakukan dengan
cara :
No.1 Selalu di tangan kiri
No.2 Di tangan kanan (antara ibu jari dengan telunjuk)
No.3 Di tangan kanan (antara jari tengah dengan jari manis)
.
Agar pemukul no.2 dapat digerakkan dengan bebas mendekat dan
menjauh dari no.3, sesuai dengan accord yang diinginkan. Dan cara memukul dan
disesuaikan dengan ketukan dan irama yang diinginkan, dan setiap alat memiliki,
ciri tertentu sesuai fungsi didalam mengiringi suatu lagu. Pada alat Bass dan
alat Melody umumnya hanya menggunakan 2 stick, sehingga lebih mudah dan nyaman
pada tangan. ( Nomor nomor tersebut diatas telah tertera disetiap pangkal
pemukul stick masing masing alat kolintang)
Teknik Dasar memainkan stick pada bilah kolintang sesuai
alat dan jenis irama
Dari sekian banyak irama dan juga
lagu yang ada, beberapa lagu sebagai panduan untuk memainkan alat musik
kolintang disertakan dalam materi ini.
Seperti: • Sarinande • Lapapaja • Halo halo Bandung • Besame
Mucho Lagu lagu tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda baik chord dan
irama. Lagu lagu tersebut telah dilengkapi dengan partitur serta chord/ accord
untuk memudahkan memahami alat musik kolintang.
Demikian pula dengan teknik
memukulkan stick pada bilah kolintang. Karena sesuai irama yang beraneka ragam,
maka untuk menghasilkan irama tertentu maka teknik memukulkan stik pada tiap
alat pun berbeda beda. Pada materi ini, diberikan teknik teknik dasar cara
memukulkan stick pada kolintang. Untuk dapat memahami teknik, dibutuhkan
pengetahuan akan harga dan jumlah ketukan dalam setiap bar nada. Dan berbekal
pengetahuan dasar dasar bermain kolintang ini saja, ditambah dengan bakat
individu, maka grup/ kelompok musik kolintang telah dapat memainkan berbagai
jenis lagu dengan tingkat kesulitan yang variatif secara spontan.
G. Jumlah
Pemain pada Kesenian Kolintang
Permainan musik kolintang tidaklah
individual. Dibutuhkan minimal 6 orang pemain musik, lebih lengkapnya
dibutuhkan 9 orang. Satu set kolintang terdiri dari: melodi (kolintang 1),
pengiring kecil (banjo kolintang),
pengiring menengah (ukulele kolintang), pengiring besar 1 (gitar kolintang 1),
pengiring besar 2 (gitar kolintang 2), bas kecil (sello kolintang), bas normal
(bas kolintang), selain itu juga dilengkapi kotak dan pemukul serta tutup kolintang.
Perkembangan kolintang tampil
sebagai alat musik tradisional Indonesia di dunia cukup baik. Banyak kelompok
musik yang memainkan kolintang di luar seperti Singapura, Australia, Belanda,
Jerman, Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa negara lainnya. Pemesanan
terhadap kolintang pun banyak berdatangan dari luar seperti Australia, Cina,
Korea Selatan, Hong Kong, dan lain-lain. Permainan musik kolintang banyak
ditampilkan untuk pagelaran-pagelaran seni, pesta pernikahan, upacara
penyambutan, peresmian, pengucapan syukur, dan acara pertandingan. Harmoni dari
berbagai nada terdengar indah dan memukau pendengarnya.
Setiap alat memiliki nama yang lazim
dikenal. Nama atau istilah peralatan Musik kolintang selain menggunakan bahasa
tersebut diatas juga memiliki nama dengan menggunakan bahasa Minahasa, dan
untuk disebut lengkap alat alat tersebut berjumlah 9 buah. Tetapi untuk
kalangan professional, cukup 6 buah alat sudah dapat memainkan secara lengkap.
Kelengkapan alat tersebut sebagai berikut:
B - Bas = Loway C - Cello = Cella T - Tenor 1 = Karua -
Tenor 2 = Karua rua A - Alto 1 = Uner - Alto 2 = Uner rua U - Ukulele = Katelu
M - Melody 1 = Ina esa - Melody 2 = Ina rua - Melody 3 = Ina taweng.
H. Lama Penyajian Musik Kolintang
Durasi Penyajian musik Kolintang dapat
berbeda-beda pada setiap penampilannya. Tergantung lagu dan acara yang
dibawakannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Musik tradisional Kolintang adalah
musik perkusi yang berasal dari Minahasa, Sulawesi utara. Music yang terbuat
dari kayu dan bunyinya dapat mencapai nada-nada yang tinggi. Petrus kaseke
adalah salah satu tokoh yang berhasil mempopulerkan Kolintang sejak dia kecil.
Kolintang juga dapat dibuat sebagai music pengiring ritual-ritual agama
kristen. Untuk memainkan kolintang dengan maksimal harus latihan dengan
cara-cara yang kami sebutkan di atas tadi. Dan alat-alatnya meliputi
melody,alto,ukulele,tenor, dll.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini penyusun
mengharapkan para pembaca bisa menghargai, mengetahui, dan memahami, bahkan
memainkan musik kolintang. Untuk bisa memahami dan memainkan musik kolintang di
perlukan kekompakan dan latihan yang cukup bagus. Dan juga membutuhkan pikiran
yang fresh agar tidak ada kesalah pahaman dalam memainkan karena kolintang itu
dimainkan secara bersama.
DAFTAR PUSTAKA