MAKALAH
Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan Pancasila ( PJOK )
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN
REKREASI
UNIVERSITAS
GALUH CIAMIS
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan
Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Konsep Motivasi, Sumber, Indikator Serta Upaya Peningkatan Motivasi Dalam
Pembelajaran
Makalah ini dibuat dengan berbagai
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita sekalian.
Banjar , Oktober 2015
Penyusun
Terkait : Contoh Kata Pengantar Yang Bagus
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sukses
bertumpu pada dua hal yaitu kemampuan dan kemauan. Sukses
belajar misalnya sangat tergantung pada ketrampilan belajar yang
dimiliki dan seberapa kuat ia mau menggunakannya. Tingkat
kemauan (atau motivasi) orang berbeda-beda. karena alasan (motif) yang berkait
dengan kebutuhan untuk kegiatan yang sama, dapat berbeda-beda. Motivasi
memang berhubungan upaya memenuhi kebutuhan. Makin besar kebutuhan makin besar
pula dorongan dalam diri seseorang untuk mau melakukan
sesuatu. Karena itu peran motivasi untuk menunjang keberhasilan sangat
penting. Masalahnya, bagaimana cara memotivasi diri sendiri dan juga
orang lain?
Makalah dan sajian lisan
yang menyertainya ini, bertujuan memberikan pemahaman tentang motivasi mengenai apa,
mengapa, bagaimana dan untuk apa, serta “memotivasi” untuk
mau menerapkannya (paling tidak untuk memotivasi diri sendiri).
Tindak lanjut nyata dari kegiatan ini, oleh dan untuk diri kita
sendiri, adalah ukuran keberhasilan kegiatan ini. Sukses
adalah gabungan dari kemampuan dan kemauan. Hal itu
juga ditunjukkan pada “rumus” : P = f (a.m), yang artinya
: Performance adalah
fungsi dari ability dan motivation. Pintar saja
tidak cukup, harus ada kemauan-motivasi untuk menggunakan kepintarannya. Kecerdasan
intelektual (IQ), masih sangat memerlukan kecerdasan emosional (EQ) untuk dapat
menuai sukses. Kita tahu kepintaran, kemampuan, ketrampilan (ability)
dapat ditingkatkan.
Berbagai
pelatihan, kuliah, seminar, workshop, ditujukan terutama untuk keperluan
peningkatan kemampuan. Namun, tidak otomatis, bahwa
kemampuan tinggi membawa kemauan yang besar. Banyak faktor memberi
pengaruh pada beser-kecilnya motivasi. Kemampuan tinggi dari para karyawan,
jadi tidak bermakna bila mereka tidak mau bekerja giat untuk mencapai hasil
kerja yang optimal. Pertanyaan penting yang terlintas di benak kami. Bagaimana
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemauan (motivasi)
orang lain, dan terutama untuk diri
sendiri? Inti mempimpin adalah memotivasi. Memang,
tantangan bagi pimpinan adalah bagaimana memotivasi anggotanya.
Penelitian Willian Jamesmengungkapkan bahwa seseorang akan dapat
menggunakan hampir 80% kemampuan mereka, apabila ia termotivasi dengan baik.
Tujuan utama meningkatkan
motivasi adalah untuk meningkatkan kinerja (performance). Kinerja
memang dipengaruhi oleh motivasi. Ingat bahwa, Performance merupakan
fungsi dari Compenent dan Commitment.
Sedangkan komitmen yang merupakan gabungan dari konfiden (percaya diri) dan
motivasi.Lebih spesifik, peningkatan motivasi diperlukan untuk:
a. Menggairahkan
dan meningkatkan semangat (bekerja, belajar, dll..)
b. Meningkat
moral dan kepuasannya
c. Meningkatkan kinerja,
loyalitas, disiplin, keefektivan
d. Meningkatkan
kreativitas dan partisipasi
e. Menumbuhkan
suasana lingkungan yang lebih kondusif
f. Mempertinggi
rasa tanggung jawa
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Motivasi?
2. Apa saja sumber belajar itu?
3. Apa arti Indikator dalam
pembelajaran?
4. Bagaimana upaya untuk
meningkatkan motivasi dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep
Motivasi
2. Untuk mengetahui jenis sumber
belajar
3. Untuk mengetahui arti Indikator
dalam pembelajaran
4. Untuk mengetahui upaya untuk
meningkatkan motivasi dalam pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Motivasi
Motivasi (motivation) memiliki definisi sebagai proses yang menjelaskan
intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga
elemen utama dari motivasi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Arah
berhubungan dengan pengaitan upaya kepada arah dan tujuan yang menguntungkan
organisasi, dan mempertimbangkan kualitas serta intensitas upaya secara
bersamaan. Ketekunan merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa
mempertahankan usahanya.
Konsep motivasi telah berusaha dikembangkan oleh banyak orang, dan beberapa
teori yang paling terkenal mengenai motivasi antara lain teori hierarki
kebutuhan, teori X dan teori Y, teori dua faktor, teori kebutuhan Mc Clelland,
teori evaluasi kognitif, teori penentuan tujuan, teori MBO, teori efektivitas
diri, teori penguatan, teori keadilan, dan teori harapan. Akan tetapi dalam kenyataannya
perlu adanya penerapan konsep-konsep ini ke dalam aplikasi praktis.
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang
untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan
sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari
kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk
tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah
mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri
yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan
melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status
ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan
tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status
ataupun kompensasi.
Adapun Konsep Penting Motivasi Belajar antara lain
1.
Motivasi
belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan
mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu.
Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan
intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang mahasiswa dapat tinggi motivasinya untuk
menghadapi tes ilmu sosial dengan tujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan
tinggi motivasinya menghadapi tes matematika karena tertarik dengan mata pelajaran
tersebut (motivasi intrinsik).
2.
Motivasi
belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan suatu
konsekuensi dari penguatan (reinforcement),
suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari disonan atau ketidakcocokan,
suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari
peluang keberhasilan.
3.
Motivasi
belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan
pemberdayaan atribusi.
4.
Motivasi
belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat mahasiswa
, memelihara rasa ingin tahu mereka,
menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan
jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera.
5.
Motivasi belajar dapat meningkat pada diri mahasiswa apabila guru ganjaran yang memiliki kontingen,
spesifik, dan dapat dipercaya.
6.
Motivasi
berprestasi dapat didefinisikan sebagai kecendrungan umum untuk
mengupayakan keberhasilan dan memilih
kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada keberhasilan/kegagalan. Mahasiswa
dapat termotivasi dengan orientasi
ke arah tujuan-tujuan penampilan. Mereka mengambil mata kuliah yang menantang. Mahasiswa yang berjuang demi tujuan-tujuan
penampilan berusaha untuk mendapatkan penilaian positif terhadap kompetensi mereka. Mereka
berusaha untuk mendapat nilai baik dengan cara menghindar dari mata pelajaran
yang sulit. Guru dapat membantu mahasiswa dengan mengkomunikasikan bahwa
keberhasilan itu mungkin dicapai. Guru dapat menunggu mahasiswa
menjawab pertanyaan-pertanyaan dan
sejauh mungkin menghindari pembedaan prestasi di antara para mahasiswa yang tidak perlu.
Berkaitan dengan definisi motivasi yang telah disebutkan di
atas, berikut adalah elemen kunci dalam motivasi :
·
Intensitas
(intensity)
Fokus kepada seberapa besar atau karena usaha seseorang
untuk mencoba mencapai sesuatu dalam hidupnya.
·
Arahan
(direction)
Usaha yang sudah ada dan sudah dilakukan, diarahkan ke suatu
tujuan, misalnya tujuan organisasi
·
Kegigihan
(persistence)
Elemen ini, fokus kepada seberapa lama seseorang dapat
mempertahankan upaya atau usahanya.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang
dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan
manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan
pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori
penguatan, teori keadilan, teori harapan, teori penetapan sasaran.
1.
Teori
Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)
Abraham
Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki
kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid,
orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu
dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan
biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan
penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat
paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat
berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
·
Kebutuhan
fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
·
Kebutuhan
rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
·
Kebutuhan
akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki)
·
Kebutuhan
akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta
pengakuan)
·
Kebutuhan
aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi;
kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila
makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan
mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi
kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni
minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi
dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam
masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan,
perlindungan, dan rasa aman.
2. Teori Motivasi Herzberg
(1966)
Menurut
Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha
mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu
disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor
intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari
ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan,
kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor
motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk
didalamnya adalahachievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb
(faktor intrinsik).
Menurut
Hezberg, faktor-faktor seperti kebijakan, administrasi perusahaan, dan gaji
yang memadai dalam suatu pekerjaan akan menentramkan karyawan. Bila
faktor-faktor ini tidak memadai maka orang-orang tidak akan terpuaskan
(Robbins,2001:170).
Menurut
hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam
memotivasi bawahan (Hasibuan, 1990 : 176) yaitu :
a. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan
yang menantang yang mencakup perasaan berprestasi,bertanggung jawab,
kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua
itu.
b. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama
pada faktor yang bersifat embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan
pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain-lain sejenisnya.
c. Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi
terbatas. Mereka
akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
3.
Teori
Motivasi Douglas McGregor
Mengemukakan
dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut
teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a. karyawan
secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b. karyawan
tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk
mencapai tujuan.
c. Karyawan
akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan
karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras
dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
a. karyawan dapat memandang kerjasama
dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
b. Orang akan menjalankan pengarahan
diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima
tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan
inovatif.
4.
Teori
Motivasi Vroom (1964)
Teori
dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan
mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan.
Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga
komponen, yaitu:
·
Ekspektasi
(harapan) keberhasilan pada suatu tugas
·
Instrumentalis,
yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan
suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
·
Valensi,
yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.
Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi
rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan
5.
Achievement
TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961)
Teori motivasi ini disebut juga
sebagai teori kebutuhan. Mc Clelland (1961) menyatakan ada tiga hal penting
yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
o Need
for achievement (kebutuhan akan prestasi)
o Need
for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan social
need-nya Maslow)
o Need
for Power (dorongan untuk mengatur)
1.
Teori
Motivasi Clayton Alderfer (teori ERG)
Clayton
Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia
akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan
pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow.
Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau
belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari
pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
Kebutuhan akan keberadaan diri adalah kebutuhan fisiologis dan material seperti
kebutuhan akan minuman, makanan, pakaian, dan tempat tinggal serta kebutuhan
akan rasa aman. Di dalam organisasi, kebutuhan ini mencakup upah, situasi
kerja, jaminan sosial, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan keterkaitan dengan
orang lain meliputi semua kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan hubungan
antar pribadi. Sedangkan kebutuhan akan perkembangan diri meliputi kebutuhan
akan pengembangan potensi seorang individu.
2.
Teori
Keadilan (equity theory)
Seseorang
akan merasa puas atau tidak tergantung dari apakah dia merasa adanya keadilan
atau tidak atas suatu situasi. Teori ini menekankan bahwa faktor utama dalam
motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atas keadilan dari penghargaan yang
diterima. Perasaan equityatau inequity atas suatu
situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain
yang setara, sekantor, maupun di tempat lain. Elemen teori ini meliputi input,
outcome, dan comparison person.
Input adalah segala sesuatu yang berharga,
yang dirasakan oleh seseorang sebagai sumbangan terhadap suatu pekerjaan,
misalnya pendidikan, pengalaman, keterampilan, keahlian, dan jumlah jam kerja. Outcome mengandung
pengertian sebagai segala sesuatu yang dirasakan oleh seseorang sebagai hasil
dari pekerjaannya, bisa berupa gaji, upah, simbol status, dan kesempatan untuk
berprestasi atau aktualisasi dri. Sedangkan comparison person menjelaskan
dengan siapa seseorang membandingkan antara input yang diberikan dengan outcome yang
diperolehnya.
Ketidakadilan
muncul ketika seseorang individu merasa bahwa input yang diberikan tidak
sebanding dengan imbalan (outcome) yang diterima. Secara umum jenis
ketidakadilan terbagai menjadi overpayment inequity, terjadi
apabila seorang pegawai menerima imbalan lebih besar daripada rekan sekerjanya
padahal input yang diberikan sama, dan underpayment inequityterjadi
apabila seorang pegawai menerima imbalan lebih sedikit dibanding dengan rekan
sekerjanya, padahal input yang diberikan lebih besar. Ada beberapa cara yang
bisa dilakukan oleh seseorang ketika ia merasa bahwa ketidakadilan terjadi,
yaitu :
·
Mengubah
input menjadi lebih besar apabila overpayment inequity atau menjadi lebih kecil
apabila underpaymen inequity.
·
Mencoba
mengubah input rekan sekerjanya.
·
Mengubah
persepsi tentang besaran inpu yang diberikan baik oleh dirinya sendiri meupun
oleh rekan sekerjanya.
·
Mengganti
comparison person yang selama ini dijadikan patokan pengukuran keadilan.
·
Keluar
dari organisasi.
3.
Teori
Evaluasi Kognitif (cognitive evaluation theory)
Teori ini
mengatakan bahwa memberikan penghargaan ekstrinsik akan menghilangkan motivasi
instrinsik. Artinya apabila seseorang mengerjakan sesuatu karena ia menyukainya
dan kemudian diberi reward maka lama kelamaan motivasinya akan bergeser. Pada
akhirnya motivasi seseorang mengerjakan suatu hal bukan karena ia menyukainya
tapi karena mengharpkan imbalan yang akan diperolehnya karena mengerjakan hal
tersebut.
4.
Teori Goal-Setting
Teori ini
menjelaskan bahwa agar seseorang berkinerja dengan baik maka diperlukan
penentuan sasaran keberhasilan berupa target-target yang spesifik, disertai
dengan umpan balik di setiap tahapan pekerjaan.
5.
Teori
Penguatan (reinforcement theory)
Teori ini
menyatakan bahwa seseorang akan berperilaku dengan memperhatikan akibat-akibat
dari perilakunya tersebut. Sehingga apabila kita menginginkan seseorang
berperilaku yang baik maka kita harus memberikan konsekuensi yang baik pula
misalkan memberikan upah dan imbalan. Begitu pula sebaliknya, agar seseorang
tidak melakukan perilaku yang buruk maka kita harus memberikan konsekuensi yang
buruk pula terhadap perilaku buruk tersebut apabila dilakukan, misalnya dengan
memberikan hukuman.
6.
Teori
Pengharapan (expectancy theory)
Teori ini
mengungkapkan bahwa seseorang akan berperilaku tertentu karena ia mengharapkan
sesuatu yang dianggap berharga yang akan dihasilkan dari perilakunya tersebut.
Teori ini
memiliki tiga elemen dasar yaitu harapan, instrumentalitas, dan valensi. Harapan
mengacu pada persepsi individu bahwa usaha akan menghasilkan kinerja.
Instrumentalitas mengacu pada persepsi individu bahwa kinerja bisa menghasilkan
hal positif seperti kenaikan gaji atau hal negatif seperti kelelahan fisik.
Sedangkan valensi mengacu pada nilai individu yang melekat
pada reward yang diterima seseorang.
Secara
sederhana, tiga elemen dasar teori pengharapan bisa diringkas sebagai berikut :
apabila pekerjaan berusaha, maka mereka bisa berkinerja (harapan), apabila
berkinerja mereka akan mendapatkan hasil/imbalan (instrumentalitas), dan
apabila mereka mendapatkan imbalan tersebut merupakan sesuatu yang dianggap
berharga oleh si pekerja (valensi).
A. Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources)
adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat
digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara
terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar
atau mencapai kompetensi tertentu.
Adapun para ahli telah mengemukakan pendapat tentang
pengertian sumber belajar sebagai berikut:
- Menurut Yusufhadi Miarso adalah
segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan,
baik secara tersendiri maupun terkombinasikan dapat memungkinkan
terjadinya belajar.
- Edgar Dale mengemukakan sumber
belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi
belajar seseorang.
- Menurut Rohani sumber
belajar (learning resources) adalah segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. - Association Educational Communication
and Technology (AECT), yang menyatakan bahwa sumber belajar
adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunkan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun
terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mecapai tujuan belajar.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas
dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat memungkinkan terjadinya proses belajar
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat memungkinkan terjadinya proses belajar
Sumber-sumber belajar dapat berbentuk:
1. Pesan:
informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya;
2. Orang: guru ,
instruktur, siswa , ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga,
tokoh karier dan sebagainya;
3. Bahan: buku,
transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran,
relief, candi, arca, komik, dan sebagainya;
4. Alat/
perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera,
papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan
sebagainya;
5. Pendekatan/
metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan,
sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya;
6. Lingkungan:
ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum,
kantor dan sebagainya.
Sedangkan menurut Rohani, pembagian sumber belajar antara
lain meliputi:
1. Sumber
belajar cetak: buku, majalah, ensiklopedi, brosur, koran, poster, dan denah.
2. Sumber
belajar non cetak: film, slide, video, model, boneka, dan audio kaset.
3. Sumber
belajar yang berupa fasilitas: auditorium, perpustakaan, ruang belajar, meja
belajar individual (carrel), studio, lapangan dan olahraga.
4. Sumber
belajar yang berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi,
dan permainan.
5. Sumber
belajar yang berupa lingkungan : taman dan terminal.[4]
Menurut Rohani manfaat sumber belajar antara lain
meliputi:
1. Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret
kepada pesert didik
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan,
dikunjungi atau dilihat secara langsung dan konkret
3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada
di dalam kelas
4. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru
5. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional)
baik dalam lingkup mikro maupun makro
6. Dapat
memberi informasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan
pemanfaatannya secara tepat
7. Dapat
merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
Sumber belajar memiliki fungsi :
1. Meningkatkan
produktivitas pembelajaran dengan jalan:
a. mempercepat
laju belajar dan membantu guru untuk
menggunakan waktu secara lebih baik; dan
b. mengurangi
beban guru dalam menyajikan informasi,
sehingga dapat lebih banyak membina dan
mengembangkan gairah.
2. Memberikan kemungkinan
pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara:
a. mengurangi
kontrol guru yang kaku dan tradisional;
dan
3. Memberikan
dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:
a. perancangan
program pembelajaran yang lebih sistematis; dan
b. pengembangan
bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4. Lebih
memantapkan pembelajaran, dengan jalan:
a. meningkatkan
kemampuan sumber belajar;
b. penyajian
informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
5. Memungkinkan
belajar secara seketika, yaitu:
a. mengurangi
kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan
realitas yang sifatnya kongkrit;
b. memberikan
pengetahuan yang sifatnya langsung.
6. Memungkinkan
penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu
menembus batas geografis.
C. Pengertian
Indikator
Indikator adalah
perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
Indikator merupakan penanda pencapaian Kompetensi Dasar
yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam
kata kerja operasional yang terukur dan/atau
dapat diobservasi. Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
·
Tuntutan kompetensi
yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam
KD;
·
Karakteristik mata
pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
·
Potensi dan kebutuhan
peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah.
Dalam
mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator,
yaitu:
(1) indikator
pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator; dan
(2) indikator penilaian yang digunakan dalam
menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang di kenal sebagai indikator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja
operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu
tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
Adapun
fungsi indikator adalah:
1.
Pedoman
dalam mengembangkan materi pembelajaran Pengembangan materi pembelajaran harus
sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara
cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang
efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan
peserta didik, sekolah, serta lingkungan.
2.
Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran Desain pembelajaran perlu
dirancang secara efektif agar kompetensi dapat dicapai secara maksimal.
Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator yang
dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran
yang efektif untuk mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi
dominan padaaspek prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan
tidak dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi
discovery-inquiry.
3.
Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi peserta
didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan indikator
sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal.
4.
Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar Indikator
menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, sertameng evaluasi hasil
belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis
penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan indikator
penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang dikembangkan sesuai
dengan tuntutan SK dan KD.
Perumusan tujuan
(indikator) perlu karena: Indikator merupakan penjabaran lebih rinci dari
tujuan yang lebih besar (kompetensi dasar/KD), sehingga bila indikator tercapai
kemungkinan akan tercapainya KD akan lebih besar pula. Membantu siswa , guru ,
dan evaluator memahami dengan jelas apa-apa yang diharapkan sebagai hasil suatu
kegiatan pembelajaran. Membantu siswa , sebab dengan adanya indikator ini siswa
dapat mengatur waktu, energi, dan
pemusatan perhatiannya pada tujuan yang akan dicapai Membantu guru, sebab
dengan adanya tujuan ini akan dapat mengatur kegiatan pembelajarannya,
metodenya, strateginya untuk mencapai tujuan tersebut Evaluator, sebab dengan
adanya tujuan ini evaluator dapat menyusun tes sesuai dengan apa yang harus
dicapai siswa.
Indikator merupakan kerangka dari pembelajaran
yang guru laksanakan. Indikator merupakan penanda tingkah
laku yang harus diperlihatkan siswa seusai kegiatan pembelajaran
Indikator harus
mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar
ia dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat mengukur perilaku yang
terdapat di dalamnya.
Ada 4 unsur:
·
Audience yaitu orang yang belajar.
·
Behavior yaitu perilaku yang spesifik
yang akan dimunculkan oleh orang yang belajar setelah selesai proses belajarnya
dalam pelajaran tersebut. Perilaku ini terdiri dari 2 bagian penting, yaitu:
katakerja dan objek hasil belajar. Komponen ini merupakan tulang punggung dari
rumusan tujuan.
·
Condition yaitu kondisi batasan yang
dikenakan kepada siswa atau alat yang
digunakan siswa pada saat ia dites,
bukan saat ia belajar.
·
Degree yaitu tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai
perilaku. Ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang
dianggap diterima.
D. Upaya
Meningkatkan hasil Pembelajaran
Proses pembelajaran
akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu,
guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar
yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa.
Berikut ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa.
1.
Memperjelas tujuan yang ingin
dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah
mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat
menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan
motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan
semakin kuat motivasi nbelajar siswa (Sanjaya, 2009:29). Oleh sebab itu,
sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu
tujuan yang ingin dicapai.
2. Membangkitkan
minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka
memiliki minat untuk belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar
siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar
(Sanjaya, 2009:29). Salah satu cara yang logis untuk momotivasi siswa dalam
pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman belajar dengan minat siswa
(Djiwandono, 2006:365). Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat
penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu
sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian pula tujuan pembelajaran yang penting
adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai pelajaran yang akan
datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi instrinsik
siswa untuk mempelajari materi pembelajaran yang disajikan oleh guru (Anni,
dkk., 2006:186).
3. Ciptakan
suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar
baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari
takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas
dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
4. Mengguanakan
variasi metode penyajian yang menarik
Guru harus mampu menyajikan informasi dengan
menarik, dan asing bagi siswa-siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan
teknik yang baru, dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa
sarana atau media yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga
menarik perhatian bagi mereka untuk belajar (Yamin, 2009:174). Dengan pembelajaran
yang menarik, maka akan membangitkan rasa uingin tahu siswa di dalam kegiatan
pembelajaran yang selanjutnya siswa akan termotivasi dalam pembelajaran.
Motivasi instrinsik untuk belajar sesuatu dapat
ditingkatkan melalui penggunaan materi pembelajaran yang menharik, dan juga
penggunaan variasi metode pembelajaran. Misalnya, untuk membAngkitkan minat
belajar siswa dapat dilakukan dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara
tamu, demonstrasi, komputer, simulasi, permaianan peran, belajar melalui radio,
karya wiasata, dan lainnya (Anni, dkk., 2006:186-187 : Hamalik, 2009:168).
5. Berilah
pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa
merasa dihargai. Dalam pembelajaran, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat
motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena
pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Sanjaya, 2009:30 ; Hamalik, 2009:167).
Namun begitu, pujian harus sesuai dengan hasil kerja siswa. Jangan memuji
secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat. Pujian yang baik adalah
pujian yang keluar dari hati seoarang guru secara wajar dengan maksud untuk
memberikan penghargaan kepada siswa atas jerih payahnya dalam belajar (Djamarah
dan Zain, 2006:152).
6. Berikan
penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh
nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai
dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian
harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil
kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan
siswa masing-masing (Sanjaya, 2009:31).
Penilaian secara terus menerus akan mendorong siswa
belajar, oleh karena setiap anak memilki kecenderungan untuk memmperoleh hasil
yang baik. Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang
harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan
seksama (Hamalik, 2009:168).
7. Berilah
komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan
dengan mmemberikan komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan
suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan
tulisan “ bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang
positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Sanjaya, 2009:21).
Penghargaan sangat efektif untuk memotivasi siswa
dalam mengerjakan tugas-tugas, baik tugas-tugas yang harus dikerjakan segera,
maupun tugas-tugas yang berlangsung terus menerus (Prayitno, 1989:17).
Sebaliknya pemberian celaan kurang menumbuhkan motivasi dalam belajar. Bahkan
menimbulkan efek psikologis yang lebih jelek.
8. Ciptakan
persaingan dan kerjasama
Persaingan yang sehat dapat menumbuhkan pengaruh
yang baik untuk keberhasilan proses pemebelajaran siswa. Melalui persaingan
siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang
terbaik (Sanjaya, 2009:31). Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antar kelompok maupun antar
individu.
Namun demikian, persaingan tidak selamanya
menguntungkan, terutama untuk siswa yeng memang dirasakan tidak mampu untuk
bersaing, oleh sebab itu pendekatan cooperative
learning dapat
dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antar kelompok. Selain persaingan
antar siswa lebih banyak pengaruh buruknya daripada baiknya terhadap
perkembangan kepribadian siswa. Persaingan antara diri sendiri dapat dialakukan
dengan cara memeri kesempatan kepada siswa untuk mengenal kemajuan-kemajuan
yang telah diucapai sebelumnya dan apa yang dapat dicapai pada pada waktu
berikutnya (Prayitno, 1989:22-230). Misalnya guru membuat dan memberi tahu
grafik kemajuan belajar siswa.
Untuk mengembangkan motivasi belajar, guru harus
berusaha membentuk kebiasaan siswanya agar secara berangsur-angsur dapat
memusatkan perhatian lebih lama dan bekerja keras (Isjoni, 2008:162). Oleh
karena itu, usaha dan perhatian guru yang besar lebih diperlukan untuk
membimbing siswa-siswa yang memiliki pencapaian rendah agar mereka
memiliki motivasi belajar yang baik.
Disamping beberapa petunjuk cara membangkitkan
motivasi belajar diatas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan
cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran
dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat dan menantang (Sanjaya,
2009:31). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan
dalam kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan mmemmbangkitkan motivasi
dengan cara-cara negatif lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya
masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkakn motivasi
dengan cara negatif dihindari.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut, pembahasan materi dalam makalah kami,
dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan keinginan pada diri
seseorang untuk menjadi individu yang lebih baik. Lebih lanjut dikatakan bahwa
motivasi yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan sesuatu perilaku yang di
arahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan.
Motivasi berfungsi untuk
sebagai pendorong untuk berbuat sesuatu disetiap aktifitas yang dilakukan,
penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi
perbuatan, pendorong usaha untuk mencapai prestasi. Motivasi dibagi
menjadi dua jenis yaitu motivasi
positif, artinya
melalui pemberian hadiah bagi yang berprestasi, diharapkan mereka akan dapat
lebih berprestasi dan motivasi negatif yaitu dengan memberi hukuman
bagi yang bersalah, tentunya agar mereka tidak mengulangi kesalahan.
Pemberian hukuman, memang efektif
untuk mencegah kesalahan. Namun, sikap untuk tidak berbuat salah,
tidak otomatis meningkatkan gairah bekerja atau dapat meningkatkan
motivasi untuk menjadi lebih baik. Karena itu, umumnya kedua jenis
motivasi ini digunakan dalam porsi dan waktu yang tepat. Tujuannya adalah
meningkatkan pemahaman diri. Referensi yang kami ketahui berdasarkan
pendapat Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep
aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan
diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri
seluruh manusia. Selain pendapat Rogers, kami juga memperoleh referensi
dari Maslow yang menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat,
mulai dari kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah piramid dan
kebutuhan manusia meningkat terus ke atas apabila jenis kebutuhan yang dasar
sudah terpenuhi.
Mulai dari kebutuhan yang paling dasar
adalah kebutuhan fisiologis, kemudian berlanjut ke kebutuhan akan
keamanan dan kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri
(self-actualization). Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori
dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh
keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang. Teori insentif
menjelaskan motivasi dalam kaitannya dengan stimuli atau penghargaan eksternal.
Berbeda dengan dorongan atau teori pengurangan penggerak, para psikolog telah
mengajukan teori insentif karena stimulus eksternal dianggap menarik seseorang
untuk beberapa tujuan. (Iram, 2008).
Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori
komunikasi yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang
diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan
memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan
tersebut. Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And
Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori
Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang
ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya
akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang
sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya,
yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Motivasi berprestasi pertama kali diperkenalkan
oleh Murray (dalam Martaniah, 1998) yang diistilahkan dengan need for
achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland (1961) dengan sebutan “n-ach”,
yang beranggapan bahwa motif berprestasi merupakan virus mental sebab merupakan
pikiran yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan dengan lebih baik
daripada cara yang pernah dilakukan sebelumnya.
Teori motivasi
kompetensi menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan
untuk menunjukkan kompetensi dengan menaklukkan lingkungannya. Keterampilan
tersebut antara lain keterampilan untuk mengevaliasi diri sehubungan dengan
pelaksanaan tugas tersebut, nilai tugas siswa, harapan untuk tugas dalam tugas,
patokan keberhasilan tugas, locus of control dan penguatan diri. Menurut
Pupuh Fathurrohman dan M. Sorby Sutikno (2010) bahwa motivasi dapat
dibagi dua. Pertama motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari
dalam diri peserta didik tanpa ada paksaan dari dorongan orang lain.
B. Saran
1. Dalam pembelajaran,
diperlukan adanya motivasi.
2. Diharapkan pembaca dapat
termotivasi dengan meningaktkan proses pembelajaran.
3. Untuk meraih hasil
belajar yang maksimal, siwa harus mempunyai motivasi untuk belajar, baik motivasi
yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun yang dari luar, seperti
lingkungan.
4. Pendidik harus mampu
membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
5. Diperlukannya
usaha-usaha yang dapat membangkitkan motivasi belajar khususnya dari pihak
orang tua, pendidik maupun dari pihak sekolah untuk meningkatkan hasil belajar
anak.
6. Disarankan supaya
guru meningkatkan motivasi belajar menggunakan metode demonstrasi.
7. Disarankan agar guru
mampu mengembangkan atau melatih siswa agar lebih terampil.
8. Diharapkan hasil makalah
ini dapat berperan dalam proses belajar-mengajar dimasa mendatang sehingga
suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk
terus belajar.
9. Disarankan dapat lebih
fokus dalam memotivasi belajar anak sehingga hasil belajar dapat melibatkan
aspek moral dan aspek emosional.
10. Sebaiknya pendidik ataupun sebagai konselor memahami peran
motivasi dalam belajar, supaya dapat memberikan motivasi terhadap peserta didik
sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan hasil yang
optimal.
DAFTAR PUSTAKA