Kumpulan contoh tugas makalah dan pembahasan lainnya

Thursday 4 June 2015

Makalah Musik Tradisional Sumatra barat Talempong


MAKALAH
MUSIK TRADISIONAL SUMATRA BARAT (TALEMPONG)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Seni Budaya
Tahun Ajaran 2013/2014

Disusun Oleh :
Mr. TALEMPONG

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 3 BANJAR
2013



KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Seni Musik Khas Sumatra Barat yaitu Talempong
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.




Banjar,  September 2013


               Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Budaya Minangkabau adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau dan berkembang di seluruh kawasan berikut daerah perantauan Minangkabau. Budaya ini merupakan salah satu dari dua kebudayaan besar di Nusantara yang sangat menonjol dan berpengaruh. Budaya ini memiliki sifat egaliter, demokratis, dan sintetik, yang menjadi anti-tesis bagi kebudayaan besar lainnya, yakni budaya Jawa yang bersifat feodal dan sinkretik.

Berbeda dengan kebanyakan budaya yang berkembang di dunia, budaya Minangkabau menganut sistem matrilineal baik dalam hal pernikahan, persukuan, warisan, dan sebagainya.
Berdasarkan historis, budaya Minangkabau berasal dari Luhak Nan Tigo, yang kemudian menyebar ke wilayah rantau di sisi barat, timur, utara dan selatan dari Luhak Nan Tigo. Saat ini wilayah budaya Minangkabau meliputi Sumatera Barat, bagian barat Riau (Kampar, Kuantan Singingi, Rokan Hulu), pesisir barat Sumatera Utara (Natal, Sorkam, Sibolga, dan Barus), bagian barat Jambi (Kerinci, Bungo), bagian utara Bengkulu (Mukomuko), bagian barat daya Aceh (Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Barat, Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh Tenggara), hingga Negeri Sembilan di Malaysia.

Budaya Minangkabau pada mulanya bercorakkan budaya animisme dan Hindu-Budha. Kemudian sejak kedatangan para reformis Islam dari Timur Tengah pada akhir abad ke-18, adat dan budaya Minangkabau yang tidak sesuai dengan hukum Islam dihapuskan. Para ulama yang dipelopori oleh Haji Piobang, Haji Miskin, dan Haji Sumanik, mendesak Kaum Adat untuk mengubah pandangan budaya Minang yang sebelumnya banyak berkiblat kepada budaya animisme dan Hindu-Budha, untuk berkiblat kepada syariat Islam. Budaya menyabung ayam, mengadu kerbau, berjudi, minum tuak, diharamkan dalam pesta-pesta adat masyarakat Minang.

Reformasi budaya di Minangkabau terjadi setelah Perang Padri yang berakhir pada tahun 1837. Hal ini ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit Marapalam antara alim ulama, tokoh adat, dan cadiak pandai (cerdik pandai). Mereka bersepakat untuk mendasarkan adat budaya Minang pada syariat Islam. Kesepakatan tersebut tertuang dalam adagium Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Syarak mangato adat mamakai. (Adat bersendikan kepada syariat, syariat bersendikan kepada Al-Quran). 

Sejak reformasi budaya dipertengahan abad ke-19, pola pendidikan dan pengembangan manusia di Minangkabau berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Sehingga sejak itu, setiap kampung atau jorong di Minangkabau memiliki masjid, selain surau yang ada di tiap-tiap lingkungan keluarga. Pemuda Minangkabau yang beranjak dewasa, diwajibkan untuk tidur di surau. Di surau, selain belajar mengaji, mereka juga ditempa latihan fisik berupa ilmu bela diri pencak silat.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana ciri-ciri musik khas Sumatra Barat?
2.      Bagaimana Fungsi Musik Talempong?
3.      Apa saja instrument  musik talempong dan bagaimana cara memainkannya?
4.      Berapa jumlah pemain pada musik Talempong?
5.      Berapa lama durasi penyajian musik talempong?

C.      Tujuan
Makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui dan lebih memahami mengenai salah satu musik daerah nusantara yaitu Talempong. Dan dapat pula untuk menghargai dan melestarikan musik daerahnya.

D.      Manfaat
1.         Pembaca dapat mengetahui ciri-ciri musik Talempong
2.         Pembaca dapat megetahui fungsi musik Talempong
3.         Mengetahui macam-macam instrument musik Talempong dan mengetahui cara memainkannya
4.         Mengetahui jumlah pemain pada musik Talempong
5.         Mengetahui durasi penyajian pada musik Talempong



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ciri Musik Talempong
Musik Talempong memiliki cirri khas antara lain :
1.      Bertangga nada diatonik
2.      Harmoni kontarpunk dengan irama relatif cepat
3.      Instrumen terdiri atas saluang, serunai, talempong, dan gendang
4.      Berfungsi sebagai hiburan, pengiring lagu, tari, teater tradisional (randai)

B.     Fungsi Musik Talempong
Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia antara lain sebagai sarana atau media upacara ritual, media hiburan, media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi.
1.         Sarana upacara budaya (ritual)
Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat.
2.         Sarana Hiburan
Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondongmendatangi tempat pertunjukan untuk menonton.
3.         Sarana Ekspresi Diri
Bagi para seniman (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.
4.         Sarana Komunikasi
Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di gereja.
5.         Pengiring Tarian
Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisa diiringi olehmusik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik- musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa, poco- poco, dan sebagainya.
6.         Sarana Ekonomi
Bagi para musisi dan artis professional, musik tidak hanya sekadar berfungsi sebagai media ekspresi dan aktualisasi diri. Musik juga merupakan sumber penghasilan. Mereka merekam hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat (Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi juga bisa dilakukan di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
            Sedangkan talempong sendiri memiliki fungsi Untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Galombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa.
C.     Instrumen Musik Talempong
Talempong biasanya dibawakan dengan iringan akordeon, instrumen musik sejenis organ yang didorong dan ditarik dengan kedua tangan pemainnya. Selain akordeon, instrumen seperti saluang, gandang, sarunai dan instrumen tradisional Minang lainnya juga umum dimainkan bersama Talempong. Ada juga beberapa jenis alat musik tradisional suku minangkabau lainnya pupuik daun padi, pupuik tanduak kabau, bansi, rabab pasisia jo pariaman.

1. Saluang

Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau,Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai.
Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lemang, salah satu makanan tradisional Minangkabau. Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik nafas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernafasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahkan angok (menyisihkan nafas).
Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki style tersendiri. Contoh dari style itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Style Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Style yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
Dahulu, khabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu kira-kira : Aku malapehkan pitunang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga buni saluang ambo, kununlah anak sidang manusia……dst

2. Sarunai
Serunai, atau juga disebut puput serunai, adalah nama alat musik aerofonik (tiup). Bagian yang unik bagi serunai ialah bagian hujungnya yang mengembang, berfungsi untuk memperbesar volume suara.
     Puput serunai biasanya dimainkan dalam acara-acara adat yang ramai, seperti upacara perkawinan dan sebagainya. Alat musik ini juga biasa dimainkan secara bebas, baik perseorangan, pada saat menanam padi atau saat bekerja di ladang. Musik serunai juga popular untuk mengiringi pertunjukan pencak silat masyarakat Minang. Dalam sebuah penampilan, serunai dapat dimainkan secara solo (sendirian), dan dapat digabungkan dengan alat musik tradisional yang lainnya, seperti gendang dan sebagainya.


4. Rabab

Rabab merupakan kesenian di Minangkabau yang dimainkan dengan menggesek biola.
Dengan rabab ini dapat tersalurkan bakat musik seseorang. Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai cerita nagari atau dikenal dengan istilah Kaba.

5. Gandang Tabuik.

Tabuik berbentuk bangunan bertingkat tiga terbuat dari kayu, rotan, dan bambu dengan tinggi mencapai 10 meter dan berat sekitar 500 kilogram. Bagian bawah Tabuik berbentuk badan seekor kuda besar bersayap lebar dan berkepala “wanita” cantik berjilbab. Kuda gemuk itu dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas.
Kuda tersebut merupakan simbol kendaraan Bouraq yang dalam cerita zaman dulu adalah kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat. Pada bagian tengah Tabuik berbentuk gapura petak yang ukurannya makin ke atas makin besar dengan dibalut kain beludru dan kertas hias aneka warna yang ditempelkan dengan motif ukiran khas Minangkabau.
Di bagian bawah dan atas gapura ditancapkan “bungo salapan” (delapan bunga) berbentuk payung dengan dasar kertas warna bermotif ukiran atau batik. Pada bagian puncak Tabuik berbentuk payung besar dibalut kain beludru dan kertas hias yang juga bermotif ukiran.
Di atas payung ditancapkan patung burung merpati putih. Di kaki Tabuik terdapat empat kayu balok bersilang dengan panjang masing-masing balok sekitar 10 meter. Balok-balok itu digunakan untuk menggotong dan “menghoyak” Tabuik yang dilakukan sekitar 50 orang dewasa.
Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang. Tabuik dibuat di rumah Tabuik secara bersama-sama dengan melibatkan para ahli budaya dengan biaya mencapai puluhan juta rupiah untuk satu Tabuik.
Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi/merantau.

7.        Papuik Daun Padi

Pada dasarnya, pupuik batang padi merupakan instrumen bernada tunggal. Tetapi dengan beberapa modifikasi, instrumen ini dapat mengeluarkan alunan irama yang unik. Modifikasi itu dapat dilakukan dengan melubangi batang padi di beberapa titik yang berfungsi layaknya lubang pada seruling. Permainan nada juga dapat dilakukan dengan mengatur posisi tangan menutupi ujung lubang corong daun pandan. Instrumen inipun membuat suasana perayaan panen raya menjadi semakin semarak dalam kegembiraan

8.    Papuik Tanduk Kabau

      Terbuat dari tanduk kerbau yang dibersihkan. Bagian ujungnya dipotong rata dan berfungsi sebagai tempat meniup. Bentuknya mengkilat dan hitam bersih. Fungsinya lebih pada alat komunikasi. Tidak berfungsi sebagai alat pengiring nyanyi atau tari. Dahulu digunakan untuk aba-aba pada masyarakat misalnya pemberitahuan saat subuh dan magrib atau ada pengumuman dari pemuka kampung.

D.    Jumlah Pemain Pada Seni Talempong
Jumlah pemain talempong  di Minangkabau sebanyak 5 (lima orang) dengan perincian: 3 (tiga) orang penabuh instrumen talempong, 1 (satu) orang penabuh kendang, dan 1 (satu) orang memainkan alat tiup. Intrumen talempong yang dimainkan berjumlah 5-6 buah dimana masing-masing pemain memegang 2 (dua) buah talempong. Instrumen talempong dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang panggul (stik). Untuk memegang instrumen talempong sebelah atas dengan talempong sebelah bawah dipegang dengan 2 (dua) buah jari (telunjuk dan empu jari). Sedangkan jari tengah berfungsi sebagai pengantara antara jari manis dan jari kelingking agar kedua buah talempong tidak berdempetan.

E.     Durasi Penyajian Musik Talempong
Durasi Penyajian musik talempong dapat berbeda-beda pada setiap penampilannya. Tergantung lagu dan acara yang dibawakannya.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentukbundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjolberdiameter lima sentimeter sebagai tempat tangga nada(berbeda-beda). Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tari piring yang khas, tari pasambahan, tari gelombang,dll. Talempong juga digunakan untuk menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengantangga pranada DO dan diakhiri dengan SI. Talempong diiringi oleh akor yang cara memainkanya sama dengan memainkan piano.

B.     Saran
Talempong adalah salah satu kekayaan bangsa yang harus selalau dipelihara keberadaannya. Musik telempong semakin tergeser dengan kegadiran musik barat yang semakin berkembang dikalangan anak muda. Oleh karena itu diharapkan kepada pelajar selaku generasi penerus untuk dapat mengapresiasi atau bahkan mampu mempelajarinya guna kelangsungan seni budaya talempong ini.





DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=durasi++penampilan+musik+talempong&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-beta

jung 9 �1n �J h[� un pandan. Instrumen inipun membuat suasana perayaan panen raya menjadi semakin semarak dalam kegembiraan


8.    Papuik Tanduk Kabau

      Terbuat dari tanduk kerbau yang dibersihkan. Bagian ujungnya dipotong rata dan berfungsi sebagai tempat meniup. Bentuknya mengkilat dan hitam bersih. Fungsinya lebih pada alat komunikasi. Tidak berfungsi sebagai alat pengiring nyanyi atau tari. Dahulu digunakan untuk aba-aba pada masyarakat misalnya pemberitahuan saat subuh dan magrib atau ada pengumuman dari pemuka kampung.

I.       Jumlah Pemain Pada Seni Talempong
Jumlah pemain talempong  di Minangkabau sebanyak 5 (lima orang) dengan perincian: 3 (tiga) orang penabuh instrumen talempong, 1 (satu) orang penabuh kendang, dan 1 (satu) orang memainkan alat tiup. Intrumen talempong yang dimainkan berjumlah 5-6 buah dimana masing-masing pemain memegang 2 (dua) buah talempong. Instrumen talempong dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang panggul (stik). Untuk memegang instrumen talempong sebelah atas dengan talempong sebelah bawah dipegang dengan 2 (dua) buah jari (telunjuk dan empu jari). Sedangkan jari tengah berfungsi sebagai pengantara antara jari manis dan jari kelingking agar kedua buah talempong tidak berdempetan.

J.      Durasi Penyajian Musik Talempong
Durasi Penyajian musik talempong dapat berbeda-beda pada setiap penampilannya. Tergantung lagu dan acara yang dibawakannya.





BAB III
PENUTUP

C.    Kesimpulan
Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentukbundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjolberdiameter lima sentimeter sebagai tempat tangga nada(berbeda-beda). Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tari piring yang khas, tari pasambahan, tari gelombang,dll. Talempong juga digunakan untuk menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengantangga pranada DO dan diakhiri dengan SI. Talempong diiringi oleh akor yang cara memainkanya sama dengan memainkan piano.

D.    Saran
Talempong adalah salah satu kekayaan bangsa yang harus selalau dipelihara keberadaannya. Musik telempong semakin tergeser dengan kegadiran musik barat yang semakin berkembang dikalangan anak muda. Oleh karena itu diharapkan kepada pelajar selaku generasi penerus untuk dapat mengapresiasi atau bahkan mampu mempelajarinya guna kelangsungan seni budaya talempong ini.





DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=durasi++penampilan+musik+talempong&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-beta